River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label News. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Januari 2022

Yusuf Mansur dukung restorasi mangrove rambai lestarikan Bekantan

Banjarmasin (ANTARA) - Ustadz Yusuf Mansur mendukung upaya restorasi mangrove rambai untuk pelestarian satwa bekantan yang jadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan.

Ustadz Yusuf mansyur dukung SBI

"Melestarikan hutan rambai berarti melestarikan bekantan serta kehidupan liar lainnya. Mari kita dukung upaya mulia ini," kata Ustadz Yusuf Mansur di Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kamis.

Kehadiran Ustadz Mansur disambut kawanan bekantan dari kelompok Alpha yang bertengger di pohon rambai pinggiran sungai.

Kejadian ini langka karena walaupun didekati kawanan bekantan tidak menjauh, mereka bercengkrama layaknya sebuah keluarga.

"Masya Allah luar biasa, saya bisa melihat langsung satwa ciptaan Allah yang eksotik ikon Provinsi Kalimantan Selatan. Sungguh mempesona. Saya merasa beruntung bisa melihatnya," ucap pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran dan Pengajian Wisata Hati itu.

Pada kesempatan itu, Ustadz Mansur juga menanam bibit pohon rambai di area restorasi mangrove rambai di Pulau Curiak yang dikelola Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).

Dia mendoakan SBI yang telah bekerja keras melestarikan bekantan agar mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT untuk mengantar ke surga-Nya.

Sementara pendiri SBI Amalia Rezeki mengaku bersyukur dikunjungi Ustadz Yusuf Mansur. Apalagi sang dai mengajak semua mendoakan agar upaya mulia menyelamatkan bekantan dan alam selalu dalam lindungan dan berkah Allah SWT.

Amel menjelaskan mangrove rambai dipilih untuk memulihkan habitat bekantan dan ekosistem lahan basah kawasan Pulau Curiak karena pohon itu merupakan pendukung aktivitas bekantan dan pucuk daunnya merupakan sumber makanannya.

Termasuk pula melestarikan ekosistem sungai yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehingga berfungsi dalam mitigasi bencana iklim akibat pemanasan global.

"Karena hutan mangrove mampu menyerap karbon empat kali lipat lebih banyak, daripada hutan tropis lainnya," jelas kandidat doktor bekantan dari Universitas Lambung Mangkurat itu.

Sabtu, 16 Oktober 2021

Menparekraf Sandiaga Uno Dukung Pengembangan Wisata Kanoco

Kunjungan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno ke Kalimantan Selatan (Kalsel) membawa berkah bagi pengembangan objek wisata Muara Kanoco dan objek wisata Pulau Curik (Curiak Island) yang terdapat di Desa Anjir Serapat Muara 1 Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala (Batola).

Sandiaga Uno di Objek Wisata Kanoco

Saat berkunjung ke lokasi, Kamis (02/09/2021) pagi, Sandiaga menyatakan, objek wisata minat khusus ini jika dikembangkan akan mampu menjdi ikon pariwisata Kalsel yang berkualitas dan berkelanjutan. Terlebih di lokasi ini juga terdapat pasar ikan terapung dan stasiun riset bekantan yang memiliki potensi sangat besar bahkan mampu membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat. “Produk perikanannya akan mampu menopang usaha ekonomi kreatif di sektor kuliner seperti kedai seafood,” katanya.

Menparekraf Sandiaga Uno yang didampingi Ketua DPRD Provinsi Kalsel H Supian AK beserta jajaran pejabat dan forkopimda tiba sekitar pukul 07.30 Wita di lokasi wisata Muara Kanoco dengan menumpang speedboat. Kehadiran rombongan diterima Bupati Batola Hj Noormiliyani AS beserta para anggota forkopimda dan para pimpinan SKPD.

Saat tiba, rombongan menyempatkan meninjau lokasi Pasar Ikan Terapung yang ada di lokasi itu. Mengetahui kedatangan menparekraf, para nelayan pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berdialog dan menyampaikan uneg-uneg. Di antaranya uneg-uneg yang disampaikan seperti meminta alat tangkap berupa jukung (perahu) dan mesin.

“Saat ini kami menangkap ikan hanya pakai pancing dan jaring,” tutur salah seorang nelayan, Burhanuddin. Ketua Kelompok nelayan setempat itu menerangkan, menangkap ikan menggunakan pancing dan jaring hasilnya kurang memadai, sedangkan alat yang ada sudah banyak yang rusak lantaran dipergunakan setiap hari. Sementara untuk membeli tidak ada biaya.

Lain lagi dengan Kasnandi yang mengeluhkan adanya pihak tertentu yang menangkap ikan dengan cara terlarang di Sungai Barito. Ia mengharapkan pihak berwajib menghentikan illegal fihsing tersebut.”Kami berharap perusak mata pencarian kami sebagai nelayan seperti penyetruman dan penggunaan racun dapat diberi tindakan tegas,” pungkasnya sembari menyatakan, apalagi hal itu sangat mengganggu keberadaan mereka dalam mencari ikan selama beberapa tahun terakhir ini.

Menjawab keinginan nelayan, Sandiaga langsung memberikan jawaban. Salah satunya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perikanan dan Kelautan. Sementara terkait opsi bantuan, ia menyatakan, akan beraudiensi dengan Menteri Perikanan dan Kelautan.”Kalau terkait penindakan, saya juga telah meminta penegak hukum untuk menindak tegas pencarian ikan menggunakan setrum dan putas,” imbuhnya.

Sandiaga yang datang menggunakan setelan olahraga, juga memiliki rencana untuk pengembangan Desa Wisata Muara Kanoko.“Sesuai masukan dari Bupati, nanti dikoordinasikan dengan Direktorat Promosi Wisata Minat Khusus,” ucapnya.“Ke depan agar lebih semarak, dibikin festival bekantan berlevel nasional untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan,” pungkasnya.

Kehadiran Menparekraf, Sandiaga Uno di objek wisata Muara Kanoco dan Pulau Curiak juga dimanfaatkan Bupati Hj Noormiliyani AS untuk menyampaikan oleh-oleh anyaman khas Batola berupa tikar, sajadah, dan jenjengan berbahan purun tikus. Sandiaga yang menerima buah tangan itu pun tampak senang.

Senin, 15 Februari 2021

Komisi III DPRD Kalteng kunjungi Stasiun Riset Satwa Pulau Curiak

KUNJUNGAN anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah dari komisi III di Stasiun Riset ini, merupakan bagian kegiatan kunjungan kerja mereka yang bertempat di gedung serba guna Kecamatan Anjir Muara.

kunjungan anggota DPRD Kalteng ke stasiun riset bekantan


Di Stasiun Riset pulau curiak ini anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, bisa mempelajari bagaimana melestarikan habitat satwa bekantan yang kini statusnya mulai langka, sebagaimana di tempat mereka juga terdapat satwa yang di lindungi salah satunya Urang Utan.

Mereka juga bisa mempelajari tentang bagaimana melestarikan alam, seperti dengan melestarikan mangrove rambai dan pepohonan lainnya untuk mahluk hidup yang ada disekitarnya.

Dalam kesempatan ini anggota komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, Juga menyerahkan bibit pohon mangrove rambai yang merupakan pakan utama satwa bekantan pada Sahabat Bekantan Indonesia (SBI ) yang diterima oleh Camat Anjir Muara sebagai kenang-kenangan.

Demikian pula Camat Anjir Muara dan Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, Kunjungi Stasiun Riset satwa salah satu habibtat satwa bekantan yang merupakan maskotnya Provinsi Kalimantan Selatan Di Pulau Curiak Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Batola. Selasa (15/12/20).

Kunjungan anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah dari komisi III di Stasiun Riset ini, merupakan bagian kegiatan kunjungan kerja mereka yang bertempat di gedung serba guna Kecamatan Anjir Muara.

Di Stasiun Riset pulau curiak ini anggota DPRD Provinsi Kalimantan tengah, bisa mempelajari bagaimana melestarikan habitat satwa bekantan yang kini statusnya mulai langka, sebagaimana di tempat mereka juga terdapat satwa yang di lindungi salah satunya urang Utan.

Mereka juga bisa mempelajari tentang bagaimana melestarikan alam, seperti dengan melestarikan mangrove rambai dan pepohonan lainnya untuk mahluk hidup yang ada disekitarnya.

Dalam kesempatan ini anggota komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, juga menyerahkan bibit pohon mangrove rambai yang merupakan pakan utama satwa bekantan pada Sahabat Bekantan Indonesia (SBI ) yang diterima oleh camat anjir muara sebagai kenang-kenangan.

Demikian pula camat anjir muara dan ketua sahabat bekantan indonesia, juga menyerahkan boneka satwa bekan dan buka tentang pengetahuan pelestarian satwa bekantan dan hutan mangrove.

Ketua komisi III DPRD Prov.Kalteng Duwel rawing mengatakan, kunjungan ini juga merupakan untuk melihat pulihnya sektor wisata di kalimantan selatan, salah satunya objeknya pelestarian satwa yang dilindungi yaitu satwa bekantan. Dan di daerah juga ada satwa yang dilindungi yaitu Urang Utan.

Selanjut pihaknya akan memberi masukan pada pemerintah provinsi kalteng, yaitu tentang pengeloan tempat wisata yaitu objek wisata alam yang lebih maju selangkah dari tempat mereka, tambahnya.

Ketua sahabat bekantan indonesia, Amalia Rezeki mengungkapkan, adanya kunjungan komisi III Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan silaturahmi yang bagus untuk mengembangkan parawisata yang bagus salah satunya tentang hewan primata. Dimana wilayah mereka mengembangkan orang hutan dan di kalsel bekantan, jadi sama-sama belajar untuk dunia wisata,Ungkapnya.ketua sahabat bekantan Indonesia, juga menyerahkan boneka satwa bekan dan buka tentang pengetahuan pelestarian satwa bekantan dan hutan mangrove.

Ketua komisi III DPRD Prov.Kalteng Duwel rawing mengatakan, kunjungan ini juga merupakan untuk melihat pulihnya sektor wisata di kalimantan selatan, salah satunya objeknya pelestarian satwa yang dilindungi yaitu satwa bekantan. Dan di daerah juga ada satwa yang dilindungi yaitu Urang Utan.

Selanjut pihaknya akan memberi masukan pada pemerintah Provinsi Kalteng, yaitu tentang pengeloan tempat wisata yaitu objek wisata alam yang lebih maju selangkah dari tempat mereka, tambahnya.

Ketua sahabat bekantan indonesia, Amalia Rezeki mengungkapkan, adanya kunjungan komisi III Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan silaturahmi yang bagus untuk mengembangkan parawisata yang bagus salah satunya tentang hewan primata. Dimana wilayah mereka mengembangkan orang hutan dan di kalsel bekantan, jadi sama-sama belajar untuk dunia wisata, ungkapnya.***

artikel dari : Suara Banua 


Hari Hak Asasi Hewan Sedunia, SBI Dapat Kado 3 Bayi Bekantan di Stasiun Riset Pulau Curiak Batola

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Di tengah kisah pilu tentang konflik manusia dengan bekantan serta perburuan liar dan perdagangan ilegal, kabar gembira datang dari Stasiun Riset Bekantan (SRB) Pulau Curiak, Anjir Muara, Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), Kamis, (15/10/2020)

bayi bekantan


Founder Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang mengelola Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Amalia Rezeki terlihat berbinar dan takjub melihat kelahiran 3 ekor baby bekantan sekaligus yang masih berwarna hitam kebiruan dari tiga ekor induk betina kelompok Alpha.

“Kelahiran bayi bekantan ini menambah deretan kegembiraan kami. Ini merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Di kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI serta masyarakat nelayan setempat, telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di Indonesia, untuk tahun ini aja bertambah 4 ekor baby bekantan," paparnya Kepada Banjarmasinpost.co.id,"

Wanita akrab disapa Amel ini mengatakan dengan tingkat pertumbuhan populasi bekantan yang begitu cepat, tanpa didukung oleh daya dukung kawasan, menjadi problem tersendiri bagi crew SBI.

Untuk itu SBI berpacu dengan waktu untuk melakukan perbaikan habitat.

Amel mengatakan, mengenai pentingnya keberadaan satwa liar seperti bekantan sebagai satu kesatuan ekosistem. Sebagian dari kita kurang menyadari keberadaan bekantan, mengapa harus terjaga. Karena bekantan adalah merupakan salah satu spesies indikator biologis ekosistem lahan basah.

"Ada 3 program yang saat ini gencar dilakukan SBI, yaitu Buy Back Land, membeli kembali lahan yang merupakan habitat bekantan yang telah beralih fungsi, untuk dijadikan koridor bagi habitat bekantan. - Restorasi Mangrove Rambai, dengan penanaman kembali pohon rambai yang menjadi tegakan dan pakan utama bekantan, serta membangun zonasi habitat bekantan," ungkap Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat ini.

Amel melanjutkan ke depan jika sudah siap di sekitar kawasan Stasiun Riset Bekantan tersebut, akan dibangun sanctuary alami sekaligus sebagai rescue center, sesuai arahan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan menggantikan rescue center yang ada di Banjarmasin.

"Saat ini pihak SBI telah membebaskan beberapa kavling lahan, untuk keperluan konservasi bekantan," lanjutnya.

Ia mengatakan di momen Hak Asasi Hewan Sedunia yang jatuh pada hari ini, pihaknya berharap semua pemangku kepentingan bisa saling support satu sama lain menyelamatkan bekantan di kawasan tersebut, dengan menjaga habitatnya yang tersisa, agar tidak beralih fungsi menjadi kawasan industri atau pelabuhan sehingga merusak habitat bekantan dan ekosistem hutan mangrove rambainya yang sudah terbangun.


“Ada lima kebebasan dalam hak asasi hewan yakni bebas rasa haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas untuk berekspresi sesuai tingkah laku alami mereka, bebas dari rasa takut dan tertekan, bebas dari sakit atau dilukai. Tidak saja bagi upaya penyelamatan bekantan, tetapi dampak dari kegiatan konservasi lebih luas juga berimbas pada nasib nelayan tradisional yang bergantung pada sungai serta hutan mangrove rambai sebagai tempat berpijah ikan air tawar yang menjadi penghidupan nelayan sekitar," ujar wanita Kandidat Doktor Ilmu lingkungan di ULM ini.

Amel juga menambahkan, sebelumnya, pada tahun 2016 hanya terdapat 14 individu bekantan di Pulau Curiak, dan kini sudah berkembang menjadi 27 individu yang terbagi menjadi dua kelompok.


Kelompok alpha menghuni pulau Curiak dan kelompok bravo berada di seberang pulau Curiak yang merupakan kawasan penyangga sebagai koridor dari habitat bekantan.


Sementara itu, Pegiat Konservasi satwa liar, Ferry F. Hoesain mengatakan sangat mengapresiasi tim dari SBI yang sudah bekerja keras menjaga dan merawat habitat bekantan yang dijadikan Stasiun Riset Bekantan & Ekosistem Lahan Basah oleh SBI bersama ULM.



"Sesuai esensi Hari Hak Asasi Hewan Sedunia yang diperingati 15 Oktober 2020 ini, SBI telah berkontribusi besar dalam memberi ruang hidup bagi bekantan di Pulau Curiak yang berada di luar kawasan konservasi, saya ucapkan selamat atas keberhasilan tim SBI dan ULM dengan lahirnya 3 ekor bekantan dalam waktu yang hampir bersamaan di Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak," ungkapnya.

Ia juga mengapresiasi dedikasi dan upaya yang luar biasa dalam konservasi bekantan di Kalimantan Selatan, khususnya di pulau Curiak. Semoga ini menjadi sumbangsih dalam peningkatan populasi bekantan di luar kawasan konservasi.

"Seperti kita ketahui berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor 180/IV- KKH/2015 bekantan adalah termasuk salah satu dari 25 spesies satwa prioritas yang terancam punah dan perlu ditingkatkan populasinya di alam liar," tegasnya.



Minggu, 14 Februari 2021

Bekantan "Si Monyet Belanda" di ambang kepunahan

Banjarmasin (ANTARA) - Sejumlah orang nampak antusias berfoto di depan patung maskot bekantan di Jalan Kapten Piere Tendean Banjarmasin pada Kamis (7/1) siang. Mereka mencari sisi terbaik agar patung setinggi 6,5 meter itu dapat terlihat secara penuh sebagai latar foto.

Sahabat bekantan


Ketika ANTARA menanyakan kepada beberapa warga yang tengah asik berfoto itu apakah mereka pernah melihat secara langsung sosok primata endemik Pulau Kalimantan tersebut, semuanya kompak menjawab tidak pernah.


Padahal semuanya warga asli Kota Banjarmasin yang mengaku ingin sekali melihat secara langsung "si monyet Belanda" berambut warna coklat kemerahan dan hidung panjang. Ironis memang, warga lokal saja tidak bisa bertemu bekantan apalagi orang luar daerah yang tentunya berkeinginan juga melihat sosok bekantan ketika berkunjung ke Bumi Lambung Mangkurat.


Beberapa tahun silam, bekantan sempat menghuni Taman Maskot Banjarmasin di Jalan AS Musyafa samping Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada di tengah kota. Di lokasi yang bisa disebut kebun binatang mini ini, bekantan dan beberapa satwa lainnya dapat dilihat pengunjung.


Namun, kini telah berubah konsep menjadi Taman Edukasi Banua Lalu Lintas. Sedangkan kebun binatang yang direlokasi ke Jalan Jahri Saleh Banjarmasin Utara hingga saat ini tidak banyak menarik kunjungan lantaran lokasi dan kondisinya tidak representatif.


Menurut Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki, keberadaan patung maskot bekantan sangat bagus sebagai media pengetahuan dan pendidikan masyarakat terutama anak-anak mengenai sosok bekantan.


"Jadi ini, loh, satwa yang menjadi maskot Kalimantan Selatan. Kita harus bangga dan mengenalkannya kepada generasi penerus," kata Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki.


Menyinggung keinginan banyak orang ingin melihat langsung sosok bekantan seperti di kebun binatang, menurut Amel, sejatinya kebun binatang baik untuk sarana edukasi juga. Namun begitu, pemeliharaan bekantan selama dalam kandang wajib diperhatikan agar tidak mengancam kehidupan si primata yang dikenal pemalu itu.

"Memang tidak ada kehidupan satwa sebaik di alam aslinya. Jadi, biarkanlah mereka hidup dan lestari di habitatnya," ucap Amel.


SBI yang berdiri sejak 2013 peduli dalam upaya konservasi bekantan yang kini diambang kepunahan dengan jumlahnya terus menyusut di alam baik di kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi alias alam liar.


Amel mengungkapkan, data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan tahun 2019 mencatat ada sekitar 2.400 ekor bekantan yang tersebar di provinsi itu. Dimana jumlahnya terus menurun hingga 50 persen dari tahun 2013 yang diperkirakan masih di kisaran 5.000 ekor.

Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan menjadi pusat aktivitas SBI menjalankan lima programnya bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan BKSDA Kalimantan Selatan yaitu sosialisasi edukasi, rescue (penyelamatan), restorasi, penelitian serta ekowisata bekantan.

Adapun jumlah bekantan di Pulau Curiak yang terus dipantau kehidupannya saat ini 28 ekor, terus berkembang dari tahun 2016 yang hanya 14 ekor. Pulau Curiak berada tak jauh dari Pulau

Bakut yang dikenal sebagai pulau di bawah Jembatan Barito, jembatan sepanjang 1.082 meter melintasi Sungai Barito akses jalan Trans Kalimantan dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Tengah.

Pulau Bakut satu dari beberapa kawasan konservasi bekantan yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah dan terlarang bagi masyarakat mengambil dan memperjualbelikan satwa dilindungi yang ada di dalamnya.

Amel memaparkan, sosialisasi berisi kunjungan ke sekolah untuk mengedukasi generasi muda untuk mengetahui upaya konservasi sejak dini agar peduli terhadap pelestarian keberadaan bekantan.

"Kami ada sekolah konservasi dan pembentukan relawan juga. Anak-anak generasi muda inilah yang diharapkan terus menggelorakan penyelamatan bekantan dari kepunahan," kata dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP, ULM itu.

Untuk program penyelamatan meliputi rehabilitasi dan pelepasliaran bersama BKSDA Kalimantan Selatan. Tim SBI kerap menindaklanjuti laporan masyarakat terkait temuan bekantan yang menjadi korban kebakaran hutan ataupun korban kecelakaan dan lainnya, termasuk konflik dengan masyarakat.

Anggota Satgas Rescue SBI Ifan menuturkan, dirinya bersama tim harus siap siaga 1x24 jam kapan pun mendapatkan laporan masyarakat terkait keberadaan bekantan ataupun satwa dilindungi lainnya.


"Kami pernah selamatkan bekantan dari korban tabrak lari dan tersengat listrik. Alhamdulillah, dari sejumlah bekantan yang dievakuasi semuanya bisa selamat setelah menjalani perawatan di pusat rehabilitasi hingga akhirnya dilepasliarkan berdasarkan arahan BKSDA di 13 kawasan konservasi di Kalsel," ujarnya.

Ifan mengakui bekantan yang paling sulit penanganannya yaitu setelah diambil dari peliharaan warga. Dikarenakan pola makannya tidak lagi alami namun berubah seperti diberikan nasi oleh pemiliknya.

Dalam program restorasi, SBI terus melestarikan hutan bakau (mangrove) rambai sebagai habitat asli sekaligus makanan utama bekantan yaitu buah rambai. Menurut Amel, kunci utama menyelamatkan bekantan yaitu menyelamatkan habitatnya.

Sedangkan dalam kegiatan penelitian guna menentukan tindakan konservasi berdasarkan hasil penelitian. SBI juga membentuk Forum Bekantan Indonesia berisi kumpulan akademisi dan para peneliti yang ingin memetakan lebih jelas, lebih jauh dan lebih luas tentang populasi bekantan di Kalimantan.


Sementara pada program ekowisata bekantan, dirancang pariwisata berkelanjutan karena memuat kegiatan edukasi dan observasi.


"Jadi kami ingin masyarakat yang berminat mengetahui secara langsung sosok bekantan dapat melihatnya di habitat aslinya seperti di Pulau Curiak, Pulau Bakut dan pulau-pulau lainnya di sekitar aliran Sungai Barito bukan di kebun binatang," tutur Amel yang meraih penghargaan internasional dari ASEAN Youth Eco-Champion (AYECA) kategori Pemuda oleh Menteri Lingkungan Jepang dan Menteri Pendidikan Kamboja tahun 2019. Diakui dia, kegiatan konservasi mengalami tantangan dan kendala terutama pendanaan untuk penyediaan habitatnya. SBI pun melakukan penggalangan dana dengan beragam cara. Seperti penjualan cinderamata hingga bantuan pihak ketiga.


"Upaya konservasi merupakan tanggung jawab bersama. Kami apresiasi perhatian semua kalangan yang semakin meningkat terhadap keberadaan bekantan sebagai maskot Kalimantan Selatan yang ditetapkan tanggal 28 Maret 1990," ujar wanita yang tercatat sebagai mahasiswi Program S3 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan ULM itu.


Bekantan dengan nama ilmiah Nasalis larvatus merupakan primata endemik Kalimantan dan termasuk 1 dari 25 spesies prioritas yang harus dilindungi. Perlindungan terhadap bekantan juga diperkuat dasar hukum Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Strategis dan rencana aksi konservasi bekantan.

SBI yang dikomando Amalia Rezeki pada tahun 2021 ini akan lebih intensif pada kegiatan penelitian sebagai dasar menentukan tindakan konservasi. SBI sudah melakukan sebanyak 25 penelitian dari ragam bidang dan saat ini intensif ke arah genetika, bagaimana upaya perlindungan bekantan dengan meneliti genetikanya.

Bekantan tersebar hampir di seluruh bagian Pulau Kalimantan dan terpencar di semua propinsi serta wilayah Kalimantan lainnya seperti Sarawak Brunei, dan Sabah Malaysia. Habitat bekantan cenderung mengalami degradasi sehingga memerlukan tindakan konservasi in-situ dan ex-situ yang memerlukan pemahaman terhadap identitas genetik kelompok bekantan beserta pakannya.

Selain itu, memahami pakan perlu mengaitkan dengan proses pencernaannya yang melibatkan mikrobiota gastrointestinal. Karena itu perlu melakukan identifikasi genetik bekantan dengan metode yang non-invasif, mengetahui komposisi mikrobiota gastrointestinal bekantan dapat digunakan untuk menentukan ketepatan diet dan status kesehatan bekantan baik yang ada di penangkaran atau alam bebas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sekuen DNA pada daerah D-loop dan sekuen DNA gen sitokrom mitokondria bekantan melalui feses bekantan yang ada di pusat rehabilitasi dan habitat alami. 

Kemudian membentuk pohon filogeni kekerabatan bekantan berdasarkan sekuen DNA daerah D-Loop dan gen sitokrom. Selanjutnya menganalisis keragaman atau komposisi mikrobiota gastrointestinal bekantan yang ada di pusat rehabilitasi dan habitat alami, dengan menggunakan metode metagenomik. Dalam jangka panjang penelitian ini dapat digunakan dalam pengelolaan konservasi bekantan di lahan basah. Luaran wajib dari penelitian ini artikel ilmiah yang berisi hasil penelitian yang akan disampaikan pada seminar nasional dan internasional, artikel ilmiah yang akan dipublikasikan pada Jurnal Diversitas terindeks Scopus atau jurnal internasional lainnya, serta mendeposit sekuen DNA D-loop dan sitokrom mitokondria bekantan serta dekuen DNA mikrobiota gastrointestinal bekantan ke Genbank.

Mudah-mudahan dukungan dari semuanya ini menjadi sebuah sistem yang menyelamatkan bekantan. Karena menyelamatkan bekantan berarti menyelamatkan peradaban manusia. 

Jumat, 05 Juli 2019

The Bekantan Savior is Amalia Rezeki

Proboscis Monkey Conservation
Amalia Rezeki Founder Of SBI foundation
The days of this young woman are spent educating prospective "unsung fighters" since 2014. Her goal is to get good deeds by sharing knowledge with students.

Amalia Rezeki, lecturer at the Faculty of Biology at the Lambung Mangkurat University (ULM), does not want to waste even her spare time.


Time for her is a capital given by Allah Subhanahu wa Taala (glorified and exalted be He) that its benefits has multiplied through her love for others, the environment, and other living things, such as bekantan.


As a biology lecturer, Amalia Rezeki's love for proboscis monkey (Nasalis larvatus) has no doubt. Most of her life is dedicated to preserving and protecting the long-nosed animal which is an icon of South Kalimantan.

She is the first woman in Indonesia who has dedicated herself sincerely and consistently since five years to protect the proboscis monkey from extinction.

In supporting this effort Amalia founded the Indonesian Bekantan Friends Foundation (SBI), with a mission to save proboscis monkey (Save Bekantan). This effort is inseparable from guidance from the Ministry of Environment and Forestry through the South Kalimantan Natural Resources Conservation Agency (BKSDA).


The dedication to the preservation of proboscis monkey is not an appreciation, but a form of responsibility as a citizen, science, and faith as the vicegerent of the earth and for the sustainability of future generations.


"As a key species, saving bekantan for us is saving the planet," said Amalia Rezeki, who is also a final semester student at the environmental doctoral program of ULM.

First in the world
The recipient of the 2015 She Can Award in the field of Bekantan rescue turned out to not only set up a rescue center, but also built a proboscis monkey research station and wetland ecosystem in the Curiak Island - Barito Kuala. For this she collaborated with her almamater college.

This simple research station was inaugurated by ULM Rector Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc. and Prof. Timothy Roberts Killgour from the University of New Castle Australia in 2018.

Previously, the single daughter and her friends built a Bekantan research laboratory which is now an internship for veterinary students from various universities not only from within the country, but also from abroad.

On the other hand Amalia realized that saving proboscis monkeys could not only protect it as an animal, but the importance of preserving the habitat and carrying capacity area for its survival.

For this reason, since 2014, she has carried out the Rambai (Sonneratia caseolaris) Mangrove Forest Restoration movement by releasing land that was once the habitat of proboscis monkeys and then changed its function to reforest.

This effort received support from various stakeholders. Thousands of rambai trees which are the main food and stands of proboscis habitat, she planted with his friends and students as well as the local community.

In this area she also founded the world's first Rambai Mangrove Center (MRC). The area that is not so wide is made as mangrove houses, as information centers and mangrove rambai nurseries.


In addition, there is a mangrove arboretum which is a pilot area for typical wetland plants. For her efforts she received much appreciation from universities abroad.


Every year there are several foreign universities that send students to learn about the conservation of proboscis monkeys and wetland ecosystems.


Amalia's struggle in preserving proboscis monkey was apparently not spared from various obstacles and trials. Weakening efforts from parties who are not happy with this business often occur, not only threatening the mind, but also physically.

Perseverance and patience that keeps her from protecting the proboscis monkey from extinction. "Tears can be exhausted by this tyranny, but our sweat will not stop dripping wet the body in an effort to save proboscis monkey and planet earth," said Amalia with teary eyes.

Her sincerity and patience yielded results that should be grateful for together. The fruit of her struggle with the team at SBI, is now starting to grow a real concern, both from the government and the community.

Amalia Rezeki
Proboscis Monkey Conservation
Now people are starting to take care of proboscis monkeys and their habitat. Likewise, the regional government began issuing regulations for saving bekantan, including developing sustainable tourism based on bekantan as a vehicle for recreation and education.

For her tireless efforts to preserve the proboscis monkey, the biology education lecturer and the SBI team on Foresters Day 2019 received an award from the Indonesian Ministry of Environment and Forestry through the South Kalimantan BKSDA which was handed over by the Governor of South Kalimantan H. Sahbirin Noor as a conservationist for bekantan.



Sumber : Antara News

Proboscis Monkey Seminar

Prof. Tim Robert - UON
Australia
However, a tour along the mangrove-bedecked waterways of the Bornean forests is almost certain to yield photos of the unique proboscis monkeys, also known as bekantan. Its prominent nose, particularly pendulous in adult males, easily identifies this species.
The bigger the nose a male bekantan has, the likelier it is that he will have a large, multi-female harem.

Their specialised digestive system allows them to feed primarily on mangrove leaves and give them a pot-bellied appearance.

Due to loss of their mangrove habitat and hunting, proboscis monkeys are listed as endangered, with fewer than 7000 left in the wild.

Visiting Borneo in 2018, my students and I spent time with a remarkable person who is raising awareness of the sorry plight of the proboscis monkey. Amalia Rezeki is a conservation biologist at the University of Lambung Mangkurat in Banjarmasin, South Kalimantan who runs Sahabat Bekantan Indonesia, a non-profit that works to protect the proboscis monkeys.

Amalia has dedicated most of her life to preserving the long-nosed animal. She has built a proboscis monkey research station and a sanctuary for the rewilded animals on an island in the Barito River.
She is collaborating in a bekantan research project with Charles Lee from UON Singapore, and Matt Hayward and myself from UON.

Her tireless efforts to preserve the proboscis monkey are bearing fruit, with local people starting to take care of proboscis monkeys and their habitat, and the regional government issuing regulations for saving bekantan, including developing sustainable tourism based on bekantan as a vehicle for recreation and education.

I'm delighted to report Amalia Rezeki will visit us at UON and will present a seminar at NewSpace on June 19.
photo of proboscis monkey
Bekantan Research Station

Backup artist will be yours truly, speaking about orangutans and oil palms.
Emeritus Professor Tim Roberts is from the School of Environmental and Life Sciences at the University of Newcastle.

Rabu, 15 Maret 2017

Mentri LHK Bersama SBI Lepas Liarkan Lola Amalia

Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)- Lola Amalia adalah nama seekor bekantan betina dewasa yang turut dilepas liarkan diantara empat ekor lainnya  oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya bersama-sama dengan Walikota Banjarmasin, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan,Ketua Sahabat Bekantan Indonesia dan Bupati Batola, serta disaksikan oleh Direktur Jenderal PPKL, Direktur Jenderal PDASHL, dan Direktur Jenderal PSLB3.


Nama Lola Amalia diberikan oleh ibu Siti Nurbaya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Amalia Rezeki selaku ketua Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama ini melakukan upaya penyelamatan bekantan di Kalimantan Selatan. Bekantan yang dilepasliarkan terdiri dari jantan dan betina,sebanyak empat ekor. Bekantan tersebut memiliki nama Lucky Boy (jantan usia 7 tahun), Mantuil (betina usia 3.5 tahun), Titik (betina usia 5 tahun), dan Lola Amalia (betina usia 5 tahun).
â€Å“ Saya sangat salut dan mengapresiasi bu Amalia Rezeki dari Sahabat Bekantan Indonesia yang telah berupaya membantu melestarikan bekantan di Kalimantan Selatan. Untuk itu salah satu bekantan betina yang akan kita lepas liarkan ini, saya beri nama â€Å“ Lola Amalia â€Å“, saya ambil dari nama Amalia Rezeki â€Å“, jelas ibu Siti Nurbaya ketika akan melakukan pelepas liaran bekantan tersebut.

Bekantan yang dilepasliarkan adalah merupakan hasil upaya penyelamatan (rescue) konflik satwa dengan masyarakat karena adanya alih fungsi  lahan,kebakaran hutan dan lahan serta hasil serahan masyarakat Sebelumnya, upaya penyelamatan Bekantan dilakukan oleh Tim Rescue Sahabat Bekantan Indonesia  bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan. 

Sementara itu Amalia Rezeki merasa terharu, atas pencapaian perjuangan Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama 26 tahun sejak ditetapkannya sebagai maskot Kalimantan Selatan, baru sekarang mendapat perhatian khusus, baik dari pemerintah provinsi maupun sampai ketingkat kementrian, dengan ditandai kehadiran bu Mentri LHK pada acara puncak pelepas liaran bekantan di Pulau Bakut  Barito Kuala. 

â€Å“ Saya sangat terharu dan berterimakasih sekali kepada ibu Siti Nurbaya selaku Menteri LHK dan Jajaran Pemerintah Daerah serta semua stake holder didaerah sampai pusat, yang bersatu padu untuk menyelamatkan serta melestarikan bekantan yang keberadaannya terancam punah, terlebih bekantan adalah merupakan spesies kunci dan endemik Kalimantan â€Å“. Tutur Amalia Rezeki yang juga merupakan dosen pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat.

Selanjutnya menurut Amalia Rezeki, SBI selama tahun 2015 dan hingga  2017, sudah sekitar 27 kali  melakukan evakuasi bekantan. Sementara yang sudah dilepasliarkan berjumlah 20 ekor, yang sedang dirawat 7 ekor, serta tiga ekor tidak dapat tertolong akibat luka bakar yang cukup serius.Seperti diketahui, bekantan dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan No 266 jo UU No 5 Tahun 1990. Berdasarkan lembaga konservasi Internasional, bekantan termasuk dalam daftar merah IUCN Bekantan dikategori terancam, dimana populasi satwa berada diambang kepunahan. 

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1987 jumlah populasi bekantan di Pulau Kalimantan masih cukup banyak mencapai 250.000 ekor dan 25.000 ekor berada di kawasan konservasi (MacKinnon,1978). Kemudian menyusut drastis pada tahun 1995, hanya berjumlah sekitar 114.000 ekor dan hanya tersisa 7.500 ekor di kawasan konservasi (Bismark,1995). 

Sehingga dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir populasi bekantan di Pulau Kalimantan berkurang sekitar 50 persen. Sedangkan di Kalimantan Selatan melalui penelitian yang dilaksanakan tahun 2013 oleh BKSDA Kalsel hanya berjumlah sekitar 3.600 sampai lima ribu ekor, namun sekarang diperkirakan sudah tidak sampai 2500 ekor lagi.

Selasa, 10 Januari 2017

Proboscis Monkey the Natural Swimmers

Proboscis monkey might be best known for their giant, bulbous noses, but scientists are sniffing out another of these monkey’s unique attributes: their swimming abilities.

To discover more about these water-loving primates, conservation biologist Amalia Rezeki recently spent a few weeks on Indonesian Borneo’s Bakut island filming the animal and their behavior in mangrove forests. (read about swimming pings and other surprising animals that love water).
“The main primates in the area that people think of are orangutans. We thought that a video about these monkey’ swimming abilities would help bring some positive attentions.” Says Rezeki. Who works with Sahabat bekantan Indonesia, a nonprofit that works to protect proboscis monkey, also called bekantan.

Due to loss of their mangrove habitat and hunting, proboscis monkey are listed as endangered, with fewer 7.000 animal left in the wild.
Rezeki’s expedition discovered several monkeys on the island, suggesting the species is still hanging on.
Natural Swimmers
Proboscis monkey likely took to the water becaouse ”it’s hard to live in a swamp without being able to swim.” Says Lee Harding, chief scientist at SciWrite Environmental Sciences and an expert in proboscis monkey (read more about mangroves, forest the tide, in National Geographic magazine).
For these primates, swimming serves a practical function: to get food. The animal have to travel fat and wide to find the young, tender leaves that make up the bulk of their diet-and swimming gets the job done faster.
Propelled by partially webbed fingers and toes, the monkeys can even swim underwater-although no one knows exactly how long they can hold their breath, according to Liz Bennett, vice precident of species conervation an the Wlidlife Conservation Society in New York city. (read more about the monkey with the outlandish nose).
“The extent that they swimm is quite unusual, especially since its close relative don’t swim,” she adds.
Monkey Business
Harding, who wasn’t involved in the recent expedition, has long been fascianated by the species, which live in harems with one territorial male and around eight females. (see an intimate portrait of a proboscis monkey in captivity).
On this first visit to Borneo with his brother several decades ago, they found out the hard way how males mark their territory and intimidate those who encroach on their land.
“This big male, he was in a tree by the river, and he just started urinating on my brother,” Harding says.
But swimming isn’t fun and games for proboscis monkeys. Traveling by water is risky: Crocodiles, phyton, and monitor lizards often prey on the swimming primates.
Vanishing Forest
Another danger to the species is Borneo’s disappearing mangroves. Between one-third and one-half of these forest have already disappeared due to timber harvesting and drainage for oil palm plantation, according to the Mangrove Actions Project. (See more pictures of mangroves from around the world).
More and more of Borneo’s growing population is moving to the same lowland areas where the monkey live.
“That proximity-as well as the animals’ habit of sleeping in exposed tress –makes the animals particularly vulnurable to sport hunters,” Harding says.
Though the goverment has set aside some areas as refuges for proboscis monkeys, they’re still vulnurable to hunting.
“They’re becoming more and more threatened, and humans are their biggest threat.” Says the Wildlife Conservation Society’s Bennett. “We need to do a better job of protecting them.”

Carrie Arnold (November 11, 2016 7;00 PM)

SBI Berharap Bekantan dengan Kaki Tertembak Bisa Pulih

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Bekantan jantan dengan kaki tertembak yang diselamatkan di Barabai dibawa ke Pusat Rehabilitasi Bekantan - Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Kalsel, Selasa (3/1) malam lalu.

Bekantan itu coba dipulihkan dari trauma berat dan luka tembak yang menghujam kaki kanannya. Ketua Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), Amalia Rezeki berharap bekantan itu bisa cepat pulih dan sehat kembali.

"Bekantan itu sudah sampai di Pusat Rehabilitasi Bekantan - Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) tadi malam. Kondisi bekantannya masih trauma berat pasca penanganan di lapangan dan evakuasi yang menempuh ratusan kilometer. Kami akan berusaha keras agar bekantan itu bisa pulih," kata Amalia. Pihaknya pun terus berkordinasi intens dengan tim medis mengenai penanganan terhadap luka tembak yang dialami bekantan tersebut.

"Data yang kami terima, masih ada empat proyektil yang bersarang di kaki kanan atau tepatnya di bagian dekat paha bekantan itu. Sementara dua sudah berhasil diangkat," bebernya.
Dirinya dan teman-teman dari SBI akan berusaha maksimal untuk merawat bekantan yang mengalami luka tembak itu.

"Lima tahun terakhir, kepedulian masyarakat akan bekantan sudah luar biasa, semoga terus bertambah kepeduliannya dan kami pun salut akan semua kepedulian itu," pungkasnya.
Sebelumnya, warga Desa Tembok Bahalang, Kecamatan Batang Alai Selatan, Barabai, Hulu Sungai Tengah menemukan bekantan yang mengalami luka tembak, Senin (2/1) lalu.

Penyelamatan di TKP penemuan, diketahui dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polres HST Brigadir Riri Herlianto dan Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup, Muhammad Yani dan dua orang relawan dari pencinta alam.

Sumber : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/01/05/sbi-berharap-bekantan-dengan-kaki-tertembak-bisa-pulih

Bekantan yang Stres dan Terluka di Tembok Bahalang Dibedah Dokter Hewan

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Upaya pengobatan dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap bekantan yang stres dan terluka akibat diberondong peluru senapan angin oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Adalah Bahbinkamtimas Brigadir Riri Herlianto, bersama Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan, Muhammad Yani yang mencari pertolongan.

Setelah mengevakuasi bekantan dari kerumunan warga yang membuat hewan maskot Kalsel tersebut stres dan menjemputnya menggunakan mobil milik BPLH, bekantan di bawa ke RS Damanhuri Barabai dengan tujuan mengeluarkan peluru dari tubuhnya.

Namun, oleh dokter di rumah sakit tersebut ditolak, karena bukan kompetensi mereka membedah hewan. Riri dan Yani sempat kebingungan melakukan penanganan, hingga akhirnya mendapat informasi ada satu satunya dokter hewan di HST.

Bekantan akhirnya dibawa ke rumah dokter hewan Imam Hudari untuk dibedah. Hingga malam ini, bekantan tersebut masih menunggu proses pembedahan untuk mengeluarkan peluru senapan angin di tubuhnya. (*)

Sumber : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/01/02/bekantan-yang-stres-dan-terluka-di-tembok-bahalang-dibedah-dokter-hewan

Warga Tembok Bahalang Temukan Bekantan Terluka Tembak

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Bekantan tersesat kembali ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kali ini di Desa Tembok Bahalang, Kecamatan Batangalai Selatan, tepatnya di sawah belakang rumah warga, Senin (2/1/2017)

Sahminan, warga setempat menuturkan, hewan langka berhidung tersebut ditemukan warga dalam kondisi sudah terluka akibat tembakan.

"Karena kesulitan menangkap,kami terpaksa menembaknya dengan senapan angin, dengan tujuan untuk menyelamatkannya dari tembakan-tembakan pihak lain. Jadi tujuankami mengkap untuk menyelamatkannya, dan menyerahkan ke pihak berwenang dalam melindungi binatang ini," kata Sahminal, mewakili warga setempat.

Dijelaskan, penangkapan dilakukan pukul 14.00 wita, dan setelah ditangkap diikat, lalu diletakkan di bawah pohon kersen.

Bekantan itu pun menjadi tontonan warga. Banyak yang mendekat untuk berfoto, sehingga bekantan terlihat stres. Empat luka tembak di kaki dan tangannya terlihat terluka (*)

Sumber :http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/01/02/breaking-news-warga-tembok-bahalang-temukan-bekantan-terluka-tembak