River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Senin, 15 Februari 2021

Amalia Rezeki dosen muda ULM figur inspiratif konservasi tampil di Australia

Banjarmasin (ANTARA) - Amalia Rezeki Biologist Conservation dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan akan tampil di The Conservation Biology Research Group-University Newcastle-Australia, untuk menyampaikan pesan inspiratif melalui video online, terkait konservasi lingkungan.

amel bekantan


"Saya dihubungi panitia Biomes Online Exhibition, untuk dapat berpartisipasi dalam eksibisi yang tahun ini diselenggarakan secara online dikarenakan pandemi Covid-19," kata Amalia Rezeki dosen muda ULM yang juga Kandidat Doktor bidang Lingkungan itu di Banjarmasin, Kamis.

Dalam rangka memperingati Hari National Biodiversity Australia, Ia diminta menyampaikan pesan inspiratif bersama beberapa tokoh inspiratif didunia konservasi biodiversitas, termasuk Prof. Dr. Birute Galdikas, primatolog dan pelestari orangutan - Tanjung Puting asal Amerika.

Amalia Rezeki yang juga dikenal sebagai founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Foundation atau pelestari bekantan di Indonesia ini, sebagai figur inspiratif dalam pemberdayaan masyarakat, yang berkontribusi pada peran penting konservasi keaneka ragaman hayati yang akan tampil pada 4 - 27 September 2020.

Ia adalah satu-satunya perempuan Indonesia dibidang konservasi primata yang akan ikut memberi pesan inspiratif tersebut.

Amel sebutan akrab Amalia Rezeki, mengatakan ia sangat bersyukur dan terimakasih atas apresiasi masyarakat dunia, khususnya di Australia yang memberi ruang dan support kepadanya dalam upaya konservasi keaneka ragaman hayati, khususnya primata endemik Kalimantan yang dikenal unik dan kelangkaannya, yaitu bekantan.

"Perhatian masyarakat Australia terhadap pelestarian keaneka ragaman hayati, memang sangat tinggi. Mahasiwa yang memiliki minat studi dibidang biologi konservasi juga banyak," tuturnya.


Hal ini terbukti ketika pertengahan tahun lalu saya berkesempatan memberikan kuliah umum di Universitas New Castle, antusias para mahasiswa untuk bertanya luar biasa. Mereka juga sangat mengapresiasi upaya kita dalam melestarikan bekantan.

Bahkan secara spontan mereka juga mengumpulkan dana untuk berdonasi bagi kegiatan konservasi yang kami lakukan di Kalimantan Selatan.

Sementara itu panitia eksibisi menyampaikan terimakasih atas kesediaan Amel untuk turut berkontribusi pada acara tersebut.

“Terima kasih atas bantuannya! Amalia ini adalah tambahan yang bagus dan saya sangat menghargai Anda meluangkan waktu untuk syutingnya “, kata Rose Upton panitia penyelenggara Biomes Online Exhibition - The Conservation Biology Research Group - University New Castle - Australia.

Biomes Exibition 2020 akan diselenggarakan pada tanggal 4 - 27 September 2020 di University Of Newcastle - New South Wales - Australia. Eksibisi ini merupakan kolaborasi antara Sekolah Ilmu Lingkungan dan Kehidupan, Sekolah Industri Kreatif, dan Sekolah Psikologi di Universitas Newcastle, yang sejalan dengan festival online internasional Ars Electronica, Kepler's Gardens.

Komisi III DPRD Kalteng kunjungi Stasiun Riset Satwa Pulau Curiak

KUNJUNGAN anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah dari komisi III di Stasiun Riset ini, merupakan bagian kegiatan kunjungan kerja mereka yang bertempat di gedung serba guna Kecamatan Anjir Muara.

kunjungan anggota DPRD Kalteng ke stasiun riset bekantan


Di Stasiun Riset pulau curiak ini anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, bisa mempelajari bagaimana melestarikan habitat satwa bekantan yang kini statusnya mulai langka, sebagaimana di tempat mereka juga terdapat satwa yang di lindungi salah satunya Urang Utan.

Mereka juga bisa mempelajari tentang bagaimana melestarikan alam, seperti dengan melestarikan mangrove rambai dan pepohonan lainnya untuk mahluk hidup yang ada disekitarnya.

Dalam kesempatan ini anggota komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, Juga menyerahkan bibit pohon mangrove rambai yang merupakan pakan utama satwa bekantan pada Sahabat Bekantan Indonesia (SBI ) yang diterima oleh Camat Anjir Muara sebagai kenang-kenangan.

Demikian pula Camat Anjir Muara dan Komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, Kunjungi Stasiun Riset satwa salah satu habibtat satwa bekantan yang merupakan maskotnya Provinsi Kalimantan Selatan Di Pulau Curiak Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Batola. Selasa (15/12/20).

Kunjungan anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah dari komisi III di Stasiun Riset ini, merupakan bagian kegiatan kunjungan kerja mereka yang bertempat di gedung serba guna Kecamatan Anjir Muara.

Di Stasiun Riset pulau curiak ini anggota DPRD Provinsi Kalimantan tengah, bisa mempelajari bagaimana melestarikan habitat satwa bekantan yang kini statusnya mulai langka, sebagaimana di tempat mereka juga terdapat satwa yang di lindungi salah satunya urang Utan.

Mereka juga bisa mempelajari tentang bagaimana melestarikan alam, seperti dengan melestarikan mangrove rambai dan pepohonan lainnya untuk mahluk hidup yang ada disekitarnya.

Dalam kesempatan ini anggota komisi III DPRD Provinsi Kalimantan Tengah, juga menyerahkan bibit pohon mangrove rambai yang merupakan pakan utama satwa bekantan pada Sahabat Bekantan Indonesia (SBI ) yang diterima oleh camat anjir muara sebagai kenang-kenangan.

Demikian pula camat anjir muara dan ketua sahabat bekantan indonesia, juga menyerahkan boneka satwa bekan dan buka tentang pengetahuan pelestarian satwa bekantan dan hutan mangrove.

Ketua komisi III DPRD Prov.Kalteng Duwel rawing mengatakan, kunjungan ini juga merupakan untuk melihat pulihnya sektor wisata di kalimantan selatan, salah satunya objeknya pelestarian satwa yang dilindungi yaitu satwa bekantan. Dan di daerah juga ada satwa yang dilindungi yaitu Urang Utan.

Selanjut pihaknya akan memberi masukan pada pemerintah provinsi kalteng, yaitu tentang pengeloan tempat wisata yaitu objek wisata alam yang lebih maju selangkah dari tempat mereka, tambahnya.

Ketua sahabat bekantan indonesia, Amalia Rezeki mengungkapkan, adanya kunjungan komisi III Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan silaturahmi yang bagus untuk mengembangkan parawisata yang bagus salah satunya tentang hewan primata. Dimana wilayah mereka mengembangkan orang hutan dan di kalsel bekantan, jadi sama-sama belajar untuk dunia wisata,Ungkapnya.ketua sahabat bekantan Indonesia, juga menyerahkan boneka satwa bekan dan buka tentang pengetahuan pelestarian satwa bekantan dan hutan mangrove.

Ketua komisi III DPRD Prov.Kalteng Duwel rawing mengatakan, kunjungan ini juga merupakan untuk melihat pulihnya sektor wisata di kalimantan selatan, salah satunya objeknya pelestarian satwa yang dilindungi yaitu satwa bekantan. Dan di daerah juga ada satwa yang dilindungi yaitu Urang Utan.

Selanjut pihaknya akan memberi masukan pada pemerintah Provinsi Kalteng, yaitu tentang pengeloan tempat wisata yaitu objek wisata alam yang lebih maju selangkah dari tempat mereka, tambahnya.

Ketua sahabat bekantan indonesia, Amalia Rezeki mengungkapkan, adanya kunjungan komisi III Provinsi Kalimantan Tengah, merupakan silaturahmi yang bagus untuk mengembangkan parawisata yang bagus salah satunya tentang hewan primata. Dimana wilayah mereka mengembangkan orang hutan dan di kalsel bekantan, jadi sama-sama belajar untuk dunia wisata, ungkapnya.***

artikel dari : Suara Banua 


Hari Hak Asasi Hewan Sedunia, SBI Dapat Kado 3 Bayi Bekantan di Stasiun Riset Pulau Curiak Batola

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Di tengah kisah pilu tentang konflik manusia dengan bekantan serta perburuan liar dan perdagangan ilegal, kabar gembira datang dari Stasiun Riset Bekantan (SRB) Pulau Curiak, Anjir Muara, Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), Kamis, (15/10/2020)

bayi bekantan


Founder Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) yang mengelola Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Amalia Rezeki terlihat berbinar dan takjub melihat kelahiran 3 ekor baby bekantan sekaligus yang masih berwarna hitam kebiruan dari tiga ekor induk betina kelompok Alpha.

“Kelahiran bayi bekantan ini menambah deretan kegembiraan kami. Ini merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Di kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh SBI serta masyarakat nelayan setempat, telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di Indonesia, untuk tahun ini aja bertambah 4 ekor baby bekantan," paparnya Kepada Banjarmasinpost.co.id,"

Wanita akrab disapa Amel ini mengatakan dengan tingkat pertumbuhan populasi bekantan yang begitu cepat, tanpa didukung oleh daya dukung kawasan, menjadi problem tersendiri bagi crew SBI.

Untuk itu SBI berpacu dengan waktu untuk melakukan perbaikan habitat.

Amel mengatakan, mengenai pentingnya keberadaan satwa liar seperti bekantan sebagai satu kesatuan ekosistem. Sebagian dari kita kurang menyadari keberadaan bekantan, mengapa harus terjaga. Karena bekantan adalah merupakan salah satu spesies indikator biologis ekosistem lahan basah.

"Ada 3 program yang saat ini gencar dilakukan SBI, yaitu Buy Back Land, membeli kembali lahan yang merupakan habitat bekantan yang telah beralih fungsi, untuk dijadikan koridor bagi habitat bekantan. - Restorasi Mangrove Rambai, dengan penanaman kembali pohon rambai yang menjadi tegakan dan pakan utama bekantan, serta membangun zonasi habitat bekantan," ungkap Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat ini.

Amel melanjutkan ke depan jika sudah siap di sekitar kawasan Stasiun Riset Bekantan tersebut, akan dibangun sanctuary alami sekaligus sebagai rescue center, sesuai arahan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan menggantikan rescue center yang ada di Banjarmasin.

"Saat ini pihak SBI telah membebaskan beberapa kavling lahan, untuk keperluan konservasi bekantan," lanjutnya.

Ia mengatakan di momen Hak Asasi Hewan Sedunia yang jatuh pada hari ini, pihaknya berharap semua pemangku kepentingan bisa saling support satu sama lain menyelamatkan bekantan di kawasan tersebut, dengan menjaga habitatnya yang tersisa, agar tidak beralih fungsi menjadi kawasan industri atau pelabuhan sehingga merusak habitat bekantan dan ekosistem hutan mangrove rambainya yang sudah terbangun.


“Ada lima kebebasan dalam hak asasi hewan yakni bebas rasa haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas untuk berekspresi sesuai tingkah laku alami mereka, bebas dari rasa takut dan tertekan, bebas dari sakit atau dilukai. Tidak saja bagi upaya penyelamatan bekantan, tetapi dampak dari kegiatan konservasi lebih luas juga berimbas pada nasib nelayan tradisional yang bergantung pada sungai serta hutan mangrove rambai sebagai tempat berpijah ikan air tawar yang menjadi penghidupan nelayan sekitar," ujar wanita Kandidat Doktor Ilmu lingkungan di ULM ini.

Amel juga menambahkan, sebelumnya, pada tahun 2016 hanya terdapat 14 individu bekantan di Pulau Curiak, dan kini sudah berkembang menjadi 27 individu yang terbagi menjadi dua kelompok.


Kelompok alpha menghuni pulau Curiak dan kelompok bravo berada di seberang pulau Curiak yang merupakan kawasan penyangga sebagai koridor dari habitat bekantan.


Sementara itu, Pegiat Konservasi satwa liar, Ferry F. Hoesain mengatakan sangat mengapresiasi tim dari SBI yang sudah bekerja keras menjaga dan merawat habitat bekantan yang dijadikan Stasiun Riset Bekantan & Ekosistem Lahan Basah oleh SBI bersama ULM.



"Sesuai esensi Hari Hak Asasi Hewan Sedunia yang diperingati 15 Oktober 2020 ini, SBI telah berkontribusi besar dalam memberi ruang hidup bagi bekantan di Pulau Curiak yang berada di luar kawasan konservasi, saya ucapkan selamat atas keberhasilan tim SBI dan ULM dengan lahirnya 3 ekor bekantan dalam waktu yang hampir bersamaan di Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak," ungkapnya.

Ia juga mengapresiasi dedikasi dan upaya yang luar biasa dalam konservasi bekantan di Kalimantan Selatan, khususnya di pulau Curiak. Semoga ini menjadi sumbangsih dalam peningkatan populasi bekantan di luar kawasan konservasi.

"Seperti kita ketahui berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor 180/IV- KKH/2015 bekantan adalah termasuk salah satu dari 25 spesies satwa prioritas yang terancam punah dan perlu ditingkatkan populasinya di alam liar," tegasnya.



Minggu, 14 Februari 2021

Bekantan "Si Monyet Belanda" di ambang kepunahan

Banjarmasin (ANTARA) - Sejumlah orang nampak antusias berfoto di depan patung maskot bekantan di Jalan Kapten Piere Tendean Banjarmasin pada Kamis (7/1) siang. Mereka mencari sisi terbaik agar patung setinggi 6,5 meter itu dapat terlihat secara penuh sebagai latar foto.

Sahabat bekantan


Ketika ANTARA menanyakan kepada beberapa warga yang tengah asik berfoto itu apakah mereka pernah melihat secara langsung sosok primata endemik Pulau Kalimantan tersebut, semuanya kompak menjawab tidak pernah.


Padahal semuanya warga asli Kota Banjarmasin yang mengaku ingin sekali melihat secara langsung "si monyet Belanda" berambut warna coklat kemerahan dan hidung panjang. Ironis memang, warga lokal saja tidak bisa bertemu bekantan apalagi orang luar daerah yang tentunya berkeinginan juga melihat sosok bekantan ketika berkunjung ke Bumi Lambung Mangkurat.


Beberapa tahun silam, bekantan sempat menghuni Taman Maskot Banjarmasin di Jalan AS Musyafa samping Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang berada di tengah kota. Di lokasi yang bisa disebut kebun binatang mini ini, bekantan dan beberapa satwa lainnya dapat dilihat pengunjung.


Namun, kini telah berubah konsep menjadi Taman Edukasi Banua Lalu Lintas. Sedangkan kebun binatang yang direlokasi ke Jalan Jahri Saleh Banjarmasin Utara hingga saat ini tidak banyak menarik kunjungan lantaran lokasi dan kondisinya tidak representatif.


Menurut Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Amalia Rezeki, keberadaan patung maskot bekantan sangat bagus sebagai media pengetahuan dan pendidikan masyarakat terutama anak-anak mengenai sosok bekantan.


"Jadi ini, loh, satwa yang menjadi maskot Kalimantan Selatan. Kita harus bangga dan mengenalkannya kepada generasi penerus," kata Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki.


Menyinggung keinginan banyak orang ingin melihat langsung sosok bekantan seperti di kebun binatang, menurut Amel, sejatinya kebun binatang baik untuk sarana edukasi juga. Namun begitu, pemeliharaan bekantan selama dalam kandang wajib diperhatikan agar tidak mengancam kehidupan si primata yang dikenal pemalu itu.

"Memang tidak ada kehidupan satwa sebaik di alam aslinya. Jadi, biarkanlah mereka hidup dan lestari di habitatnya," ucap Amel.


SBI yang berdiri sejak 2013 peduli dalam upaya konservasi bekantan yang kini diambang kepunahan dengan jumlahnya terus menyusut di alam baik di kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi alias alam liar.


Amel mengungkapkan, data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan tahun 2019 mencatat ada sekitar 2.400 ekor bekantan yang tersebar di provinsi itu. Dimana jumlahnya terus menurun hingga 50 persen dari tahun 2013 yang diperkirakan masih di kisaran 5.000 ekor.

Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan menjadi pusat aktivitas SBI menjalankan lima programnya bekerja sama dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan BKSDA Kalimantan Selatan yaitu sosialisasi edukasi, rescue (penyelamatan), restorasi, penelitian serta ekowisata bekantan.

Adapun jumlah bekantan di Pulau Curiak yang terus dipantau kehidupannya saat ini 28 ekor, terus berkembang dari tahun 2016 yang hanya 14 ekor. Pulau Curiak berada tak jauh dari Pulau

Bakut yang dikenal sebagai pulau di bawah Jembatan Barito, jembatan sepanjang 1.082 meter melintasi Sungai Barito akses jalan Trans Kalimantan dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Tengah.

Pulau Bakut satu dari beberapa kawasan konservasi bekantan yang dijaga kelestariannya oleh pemerintah dan terlarang bagi masyarakat mengambil dan memperjualbelikan satwa dilindungi yang ada di dalamnya.

Amel memaparkan, sosialisasi berisi kunjungan ke sekolah untuk mengedukasi generasi muda untuk mengetahui upaya konservasi sejak dini agar peduli terhadap pelestarian keberadaan bekantan.

"Kami ada sekolah konservasi dan pembentukan relawan juga. Anak-anak generasi muda inilah yang diharapkan terus menggelorakan penyelamatan bekantan dari kepunahan," kata dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP, ULM itu.

Untuk program penyelamatan meliputi rehabilitasi dan pelepasliaran bersama BKSDA Kalimantan Selatan. Tim SBI kerap menindaklanjuti laporan masyarakat terkait temuan bekantan yang menjadi korban kebakaran hutan ataupun korban kecelakaan dan lainnya, termasuk konflik dengan masyarakat.

Anggota Satgas Rescue SBI Ifan menuturkan, dirinya bersama tim harus siap siaga 1x24 jam kapan pun mendapatkan laporan masyarakat terkait keberadaan bekantan ataupun satwa dilindungi lainnya.


"Kami pernah selamatkan bekantan dari korban tabrak lari dan tersengat listrik. Alhamdulillah, dari sejumlah bekantan yang dievakuasi semuanya bisa selamat setelah menjalani perawatan di pusat rehabilitasi hingga akhirnya dilepasliarkan berdasarkan arahan BKSDA di 13 kawasan konservasi di Kalsel," ujarnya.

Ifan mengakui bekantan yang paling sulit penanganannya yaitu setelah diambil dari peliharaan warga. Dikarenakan pola makannya tidak lagi alami namun berubah seperti diberikan nasi oleh pemiliknya.

Dalam program restorasi, SBI terus melestarikan hutan bakau (mangrove) rambai sebagai habitat asli sekaligus makanan utama bekantan yaitu buah rambai. Menurut Amel, kunci utama menyelamatkan bekantan yaitu menyelamatkan habitatnya.

Sedangkan dalam kegiatan penelitian guna menentukan tindakan konservasi berdasarkan hasil penelitian. SBI juga membentuk Forum Bekantan Indonesia berisi kumpulan akademisi dan para peneliti yang ingin memetakan lebih jelas, lebih jauh dan lebih luas tentang populasi bekantan di Kalimantan.


Sementara pada program ekowisata bekantan, dirancang pariwisata berkelanjutan karena memuat kegiatan edukasi dan observasi.


"Jadi kami ingin masyarakat yang berminat mengetahui secara langsung sosok bekantan dapat melihatnya di habitat aslinya seperti di Pulau Curiak, Pulau Bakut dan pulau-pulau lainnya di sekitar aliran Sungai Barito bukan di kebun binatang," tutur Amel yang meraih penghargaan internasional dari ASEAN Youth Eco-Champion (AYECA) kategori Pemuda oleh Menteri Lingkungan Jepang dan Menteri Pendidikan Kamboja tahun 2019. Diakui dia, kegiatan konservasi mengalami tantangan dan kendala terutama pendanaan untuk penyediaan habitatnya. SBI pun melakukan penggalangan dana dengan beragam cara. Seperti penjualan cinderamata hingga bantuan pihak ketiga.


"Upaya konservasi merupakan tanggung jawab bersama. Kami apresiasi perhatian semua kalangan yang semakin meningkat terhadap keberadaan bekantan sebagai maskot Kalimantan Selatan yang ditetapkan tanggal 28 Maret 1990," ujar wanita yang tercatat sebagai mahasiswi Program S3 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan ULM itu.


Bekantan dengan nama ilmiah Nasalis larvatus merupakan primata endemik Kalimantan dan termasuk 1 dari 25 spesies prioritas yang harus dilindungi. Perlindungan terhadap bekantan juga diperkuat dasar hukum Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Strategis dan rencana aksi konservasi bekantan.

SBI yang dikomando Amalia Rezeki pada tahun 2021 ini akan lebih intensif pada kegiatan penelitian sebagai dasar menentukan tindakan konservasi. SBI sudah melakukan sebanyak 25 penelitian dari ragam bidang dan saat ini intensif ke arah genetika, bagaimana upaya perlindungan bekantan dengan meneliti genetikanya.

Bekantan tersebar hampir di seluruh bagian Pulau Kalimantan dan terpencar di semua propinsi serta wilayah Kalimantan lainnya seperti Sarawak Brunei, dan Sabah Malaysia. Habitat bekantan cenderung mengalami degradasi sehingga memerlukan tindakan konservasi in-situ dan ex-situ yang memerlukan pemahaman terhadap identitas genetik kelompok bekantan beserta pakannya.

Selain itu, memahami pakan perlu mengaitkan dengan proses pencernaannya yang melibatkan mikrobiota gastrointestinal. Karena itu perlu melakukan identifikasi genetik bekantan dengan metode yang non-invasif, mengetahui komposisi mikrobiota gastrointestinal bekantan dapat digunakan untuk menentukan ketepatan diet dan status kesehatan bekantan baik yang ada di penangkaran atau alam bebas.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sekuen DNA pada daerah D-loop dan sekuen DNA gen sitokrom mitokondria bekantan melalui feses bekantan yang ada di pusat rehabilitasi dan habitat alami. 

Kemudian membentuk pohon filogeni kekerabatan bekantan berdasarkan sekuen DNA daerah D-Loop dan gen sitokrom. Selanjutnya menganalisis keragaman atau komposisi mikrobiota gastrointestinal bekantan yang ada di pusat rehabilitasi dan habitat alami, dengan menggunakan metode metagenomik. Dalam jangka panjang penelitian ini dapat digunakan dalam pengelolaan konservasi bekantan di lahan basah. Luaran wajib dari penelitian ini artikel ilmiah yang berisi hasil penelitian yang akan disampaikan pada seminar nasional dan internasional, artikel ilmiah yang akan dipublikasikan pada Jurnal Diversitas terindeks Scopus atau jurnal internasional lainnya, serta mendeposit sekuen DNA D-loop dan sitokrom mitokondria bekantan serta dekuen DNA mikrobiota gastrointestinal bekantan ke Genbank.

Mudah-mudahan dukungan dari semuanya ini menjadi sebuah sistem yang menyelamatkan bekantan. Karena menyelamatkan bekantan berarti menyelamatkan peradaban manusia.