River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Rabu, 15 Maret 2017

Mentri LHK Bersama SBI Lepas Liarkan Lola Amalia

Banjarmasin, (Antaranews Kalsel)- Lola Amalia adalah nama seekor bekantan betina dewasa yang turut dilepas liarkan diantara empat ekor lainnya  oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya bersama-sama dengan Walikota Banjarmasin, Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan,Ketua Sahabat Bekantan Indonesia dan Bupati Batola, serta disaksikan oleh Direktur Jenderal PPKL, Direktur Jenderal PDASHL, dan Direktur Jenderal PSLB3.


Nama Lola Amalia diberikan oleh ibu Siti Nurbaya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi Amalia Rezeki selaku ketua Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama ini melakukan upaya penyelamatan bekantan di Kalimantan Selatan. Bekantan yang dilepasliarkan terdiri dari jantan dan betina,sebanyak empat ekor. Bekantan tersebut memiliki nama Lucky Boy (jantan usia 7 tahun), Mantuil (betina usia 3.5 tahun), Titik (betina usia 5 tahun), dan Lola Amalia (betina usia 5 tahun).
“ Saya sangat salut dan mengapresiasi bu Amalia Rezeki dari Sahabat Bekantan Indonesia yang telah berupaya membantu melestarikan bekantan di Kalimantan Selatan. Untuk itu salah satu bekantan betina yang akan kita lepas liarkan ini, saya beri nama “ Lola Amalia “, saya ambil dari nama Amalia Rezeki “, jelas ibu Siti Nurbaya ketika akan melakukan pelepas liaran bekantan tersebut.

Bekantan yang dilepasliarkan adalah merupakan hasil upaya penyelamatan (rescue) konflik satwa dengan masyarakat karena adanya alih fungsi  lahan,kebakaran hutan dan lahan serta hasil serahan masyarakat Sebelumnya, upaya penyelamatan Bekantan dilakukan oleh Tim Rescue Sahabat Bekantan Indonesia  bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan. 

Sementara itu Amalia Rezeki merasa terharu, atas pencapaian perjuangan Sahabat Bekantan Indonesia, yang selama 26 tahun sejak ditetapkannya sebagai maskot Kalimantan Selatan, baru sekarang mendapat perhatian khusus, baik dari pemerintah provinsi maupun sampai ketingkat kementrian, dengan ditandai kehadiran bu Mentri LHK pada acara puncak pelepas liaran bekantan di Pulau Bakut  Barito Kuala. 

“ Saya sangat terharu dan berterimakasih sekali kepada ibu Siti Nurbaya selaku Menteri LHK dan Jajaran Pemerintah Daerah serta semua stake holder didaerah sampai pusat, yang bersatu padu untuk menyelamatkan serta melestarikan bekantan yang keberadaannya terancam punah, terlebih bekantan adalah merupakan spesies kunci dan endemik Kalimantan “. Tutur Amalia Rezeki yang juga merupakan dosen pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat.

Selanjutnya menurut Amalia Rezeki, SBI selama tahun 2015 dan hingga  2017, sudah sekitar 27 kali  melakukan evakuasi bekantan. Sementara yang sudah dilepasliarkan berjumlah 20 ekor, yang sedang dirawat 7 ekor, serta tiga ekor tidak dapat tertolong akibat luka bakar yang cukup serius.Seperti diketahui, bekantan dilindungi berdasarkan Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan No 266 jo UU No 5 Tahun 1990. Berdasarkan lembaga konservasi Internasional, bekantan termasuk dalam daftar merah IUCN Bekantan dikategori terancam, dimana populasi satwa berada diambang kepunahan. 

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1987 jumlah populasi bekantan di Pulau Kalimantan masih cukup banyak mencapai 250.000 ekor dan 25.000 ekor berada di kawasan konservasi (MacKinnon,1978). Kemudian menyusut drastis pada tahun 1995, hanya berjumlah sekitar 114.000 ekor dan hanya tersisa 7.500 ekor di kawasan konservasi (Bismark,1995). 

Sehingga dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir populasi bekantan di Pulau Kalimantan berkurang sekitar 50 persen. Sedangkan di Kalimantan Selatan melalui penelitian yang dilaksanakan tahun 2013 oleh BKSDA Kalsel hanya berjumlah sekitar 3.600 sampai lima ribu ekor, namun sekarang diperkirakan sudah tidak sampai 2500 ekor lagi.