BANJARMASIN - Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala, kembali sambut 4 kelahiran bayi bekantan dari 4 indukan betina dari kelompok alpha. Menurut Founder Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), Amalia Rezeki, kemunculan bayi bekantan tersebut, terlihat disaat kunjungan 20 mahasiswa Summer Course 2022 dari Australia. Hal itu tentunya membawa kabar gembira bagi konservasi, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di dunia. “Kelahiran bayi bekantan ini, merupakan sebuah capaian yang luar biasa. Di kawasan pulau kecil yang dikelola dan dijaga oleh Yayasan SBI, serta masyarakat nelayan setempat telah berhasil menyumbang penambahan populasi bekantan di dunia,“ ungkap Amalia Perempuan yang sering disapa Amel itu pun berharap, semua pemangku kepentingan bisa saling membantu satu sama lain menyelamatkan bekantan di kawasan tersebut. "Yakni dengan menjaga habitatnya yang tersisa agar tidak beralih fungsi yang dapat merusak habitat bekantan dan ekosistem hutan mangrove rambai. Yang juga sangat penting bagi mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global yang melanda dunia saat ini," ujarnya.
Sementara itu, Prof. Timothy Roberts Kilgour pimpinan rombongan kegiatan Summer Course, menyambut gembira kelahiran bekantan dikawasan Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak. “Sungguh mengagumkan menyaksikan perkembangan stasiun riset bekantan yang empat tahun lalu saya hadir pada pendiriannya. Ekosistemnya sangat terjaga, sehingga bekantan bisa berkembang biak dengan baik," jelasnya disela kegiatan Summer course. Dilanjutkannya, pihaknya turut mengapresiasi kerja keras Amalia Rezeki dan tim dari SBI dalam menjaga dan merawat kawasan habitat bekantan yang berada diluar kawasan konservasi. Untuk itu ia juga membawakan donasi dari mahasiswa alumni Summer Course 2018, berupa perlengkapan medis satwa serta uang tunai untuk membantu kegiatan konservasi SBI.
Diketahui, untuk menyelamatkan bekantan yang tersisa di kawasan Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, Amalia Rezeki dan tim di SBI melakukan 3 program penting dan strategis di bidang konservasi. Pertama, membangun "greenbelt" (sabuk hijau) sebagai kawasan penyangga habitat bekantan. Kedua, program "buy back land" atau membeli kembali lahan yang telah beralih fungsi. Dan terakhir yakni, restorasi mangrove rambai dengan menanam kembali pohon mangrove, khususnya jenis pohon rambai yang merupakan tegakan dan pakan utama bekantan.
Artikel dari Hallo Banua