River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Selasa, 14 Juni 2016

Lagi, Bekantan di Bunuh dan dipertontonkan

Bekantan.org - Belum hilang dari ingatan kita kasus Novtamaputra yang mendapat kecaman dari masyarakat khususnya pengguna media sosial lantaran mengunggah foto seekor Bekantan hasil buruan di akun instagramnya. 


Kini kasus serupa kembali terjadi, pemilik akun facebook Uchu 'adam Doang mengunggah foto seekor Bekantan yang diduga hasil buruan. Dalam foto tersebut tampak beberapa orang sedang berfoto dengan seekor Bekantan yang diperkirakan sudah mati. 


Seperti dilansir dari newsdetik.com, belakangan diketahui ke enam orang yang ada di foto tersebut adalah  "Adam (dalam gambar bertopi koboi hitam dan yang mengupload foto), Apri (dalam gambar telanjang dada bercelana merah), Ato (dalam gambar berkaos putih celana biru), Inal (dalam gambar memakai topi terbalik berkaos hijau), Intat (dalam gambar telanjang dada bercelana hitam), dan, Bayong (dalam gambar berjaket bergaris putih), kesemuanya berasal dari Dusun Semantir, Desa Mekar Sekuntum, Kec. Galing, Kab. Sambas," jelas Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Sustyo Iriono, Jumat (10/6/2016).

Mengetahui hal ini,  tim BKSDA bersama personel Reserse dan Intel Polsek Teluk Keramat, Sambas melakukan penelusuran dan melacak keberadaan ke enam pelaku perburuan primata endemik yang hanya ada di pulau Kalimantan tersebut. 

Setelah kurang lebih sepekan akhirnya BKSDA Kalbar berhasil mengamankan ke enam pelaku. Sebagaimana dilansir dari halaman facebook BKSDA Kalbar ;

"Kabar Terkini (Selasa, 14 Juni 2016) dari Kepala BKSDA Kalimantan Timur : Ahamdullilah-Puji Tuhan, Sekitar pukul 11 Wita ke-6 (enam) orang pelaku penganiayaan terhadap satu individu Bekantan (Nasalis larvatus"

Mereka ditangkap disalah satu perusahaan perkayuan sektor Senoni, Desa Lebak Silong, Kecamatan Sebuluh, Kabupaten Kutai Kertanegara.  Berdasarkan pengakuan mereka, satwa tersebut dibunuh dan dikonsumsi.

Saat ini mereka diamankan untu diperiksa/ disidik lebih lanjut oleh PPNS di Mako SPORC Brigade Enggang, dengan tetap berkoordinasi dengan Polres dan Kejaksaan setempat. Barang Bukti sementara berupa HP dan senjata tajam.

Kita berharap kedepan semoga tidak ada Novtama dan Uchu berikutnya. Bagaimanapun menyakiti, dan memperlakukan hewan secara tidak pantas bukanlah hal yang dibenarkan, terlebih-lebih mempertontonkannya. Apalagi Bekantan (Nasalis larvatus) adalah hewan yang dilindungi tidak saja secara hukum nasional tetapi juga internasional.

Kamis, 02 Juni 2016

Stop Perdagangan Satwa Liar

Sahabat Bekantan Indonesia - Masih maraknya perburuan dan perdagangan satwa liar khususnya Bekantan membuat Amalia Rezeki Ketua Sahabat Bekantan Indonesia semakin gencar melakukan sosialisasi. Termasuk saat menjadi pembicara pada Seminar Hari Lingkungan Hidup Dunia 2016 di Aula Sasangga Banua Pemprov. Kalsel, Kamis (2/6/2016) kemarin. 

Dalam paparannya Amalia menegaskan, bahwa bekantan adalah satwa langka dan dilindungi undang-undang. Acaman hukumannya tidak main-main bagi yang memburu dan memperjual belikannya adalah kurungan penjara dan denda seratus juta rupiah. 

Amalia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memburu satwa endemik maskot Provinsi Kalimantan Selatan ini hanya karena masih percaya mitos misalnya dagingnya dikonsumsi untuk obat kuat lelaki. Hal tersebut menurutnya sangat memprihatinkan oleh karenanya Ia mengajak peserta seminar yang berasal dari berbagai daerah di Kalsel untuk turut menjadi relawan dalam mensosialisasikan perlindungan terhadap Bekantan dari perusakan habitat, perburuan dan perdagangan.


Selain Amalia dari Sahabat Bekantan Indonesia, dan Syahbuddin dari STKIP PGRI seminar Lingkungan Hidup 2016 yang bertemakan "Stop Perdagangan Satwa Liar, Selamatkan Keanekargaman Hayati Indonesia" juga menghadirkan pembicara tamu dari luar negeri yakni Alastair Galpin dari University of Auckland. 

Dalam kesempatan tersebut, Mr Al (sapaan Alastair Galpin), mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tidak serakah terhadap alam. Banyak perbuatan manusia yang saat ini tidak ramah dengan lingkungan misalnya masih maraknya penggunaan kantong plastik, eksploitasi yang berlebihan dan alih fungsi habitat. Al juga mengingatkan agar manusia hanya mengambil seperlunya saja dari alam. " Take What Only You Need From Nature" tegasnya.