River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Sabtu, 12 April 2014

Bekantan Kesetrum Listrik di Kota

Artikel dan foto dari Pontianak Post Online

PONTIANAK- Warga jalan Adi Sucipto Pontianak Tenggara dihebohkan dengan penemuan seekor Bekantan (Kera Belanda) yang jatuh dari pohon di Jalan Adi Sucipto Pontianak Tenggara, Minggu (6/4) pukul 15.00.wib. Diduga akibat tersengat aliran listrik.Menurut Edi (50), warga Gang Transmigrasi Jalan Adi Sucipto mengatakan, Bekantan tersebut jatuh setelah terdengar percikan listrik dari salah satu kabel listrik di jalan tersebut. Lama setelah itu kera dengan hidung panjang ini jatuh. “Saya pun kaget. Pas saya lihat ternyata seekor kera,” kata Edi, yang juga Ketua RW 13 Kelurahan Bangka Belitung Laut.

Seekor Bekantan dalam keadaan kritis akibat kesetrum

Dijelaskan Edi, kera berbulu coklat kemerahan itu pun dievakuasi tak jauh dari lokasi terjatuhnya kera tersebut. “Saya ambil dan saya bawa ke sini. Saya pikir kera ini sudah mati. Setelah kami siram pakai air, kera ini pun hidup kembali. Tapi tak bisa bergerak lagi,” lanjutnya.Setelah itu, lanjut Edi. Agar tak lepas, kera itupun di ikat tangannya. “Rencannya kera ini mau saya bawa ke dokter hewan. Biar bisa diobati. Kasian liatnya,” kata edi miris.

Ditambahkan Edi, Bekantan ini sudah terlihat oleh warga sejak sebulan lalu. Kera ini terus bergelantungan di pohon-pohon pinggir jalan. Namun hingga akhirnya ditemukan kesetrum, kera ini tidak ada yang menangkap. “Saya pun heran. Kok di kota ada kera. Saya kira kera ini peliharaan orang,” tambahnya.
Kondisi Bekantan tersebut sangat mengenaskan. Diduga ada bagian tulang yang patah akibat terjatuh dari pohon. Sementara kondisi psikologisnya terganggu alias stress. “Menurut analisa saya, ada tulang yang patah. Psikologinya pun lagi stress,” kata drh Huibert yang datang setelah dihubungi warga.
Menurut Huibert, pihaknya tidak bisa melakukan tindakan medis terhadap Bekantan yang malang itu, karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan. “Kalau bisa kita bawa ke ruang penanganan. Karena saya tidak bisa menangani di sini,” jelasnya.

Tak lama setelah itu, drh Dwi Suprapti, WWF Indonesia melakukan evakuasi terhadap Bekantan betina tersebut. Untuk penanganan awal, Bekantan itu dibawa untuk penanganan medis. “Kami sudah berkoordinasi dengan Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA). Demi menyelamatkan satwa ini, maka kami boleh memindahkannya dari lokasi penemuan. Dan karena ini bersifat urgent,” terangnya.

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis.Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. 

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Monyet betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, Bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemic di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei). Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet. Sistem sosial Bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. 


Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup. Bekantan merupakan mascot fauna provinsi Kalimantan Selatan.Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN RED List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.(arf)