Menyelamatkan monyet belanda atau bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) sangat tergantung pada kondisi habitat yang merupakan sumber pakannya. Mengingat bahwa pakan bekantan banyak tersimpan di hutan bakau, maka penyelamatan bakau akan sekaligus dapat menyelamatkan bekantan. Dalam program kelestarian bekantan, diperlukan informasi perilaku dan faktor lingkungan habitat yang mendukung terhadap kebutuhan pakan dan keamanan dari perburuan.
Berdasarkan data IUCN Red Data Book of Endangered Species (2008) status konservasi bekantan adalah Endangered dan berdasarkan CITES, bekantan dikelompokkan dalam Appendix I. Sebagai salah satu keanekaragam hayati hutan tropis Indonesia, bekantan perlu diselamatkan. Rehabilitasi dan restorasi habitat, konservasi eksitu dan peningkatan kepedulian masyarakat adalah program konservasi yang harus dilakukan.
Bekantan adalah satwa endemik Kalimantan. Bekantan adalah jenis satwa dengan klasifikasi, ordo Primata, famili Cercophitecidae, dan sub-famili Colobinae. Bekantan hidup dalam habitat terbatas pada hutan bakau, hutan di sekitar sungai dan habitat rawa gambut yang sebagian telah terdegradasi oleh berbagai aktivitas manusia.
Degradasi hutan lahan basah sebagai habitat bekantan serta perburuan liar, telah menurunkan populasi bekantan sampai 90% dalam 20 tahun terakhir.
Untuk mengatasi permasalah habitat dan penurunan populasi bekantan, program-program konservasi yang harus dilakukan adalah:
1) Inventarisasi sebaran, habitat, dan populasi bekantan;
2) Rehabilitasi dan restorasi habitat yang potensial; bagi pengembangan populasi bekantan;
3) Pengembangan tingkat kepedulian masyarakat dalam melakukan konservasi sempadan sungai dan satwa;
4) Pengaturan penggunaan sungai sebagai alat transportasi, pencegahan masuknya limbah ke sungai, dan restorasi hutan sempadan sungai sebagai habitat bekantan;
5) Pengembangan konservasi ex-situ;
6) Pengembangan wisata alam dengan objek bekantan sebagai upaya peningkatan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal serta konservasi sungai dan
7) Peningkatan peran kelembagaan pengelolaan kawasan hutan yang terkait dengan pemanfaatan hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan.
Data sebaran populasi sangat diperlukan untuk menentukan status konservasi dan program prioritas penyelamatannya. Inventarisasi sebaran populasi juga terkait dengan program rehabilitasi, restorasi dan pemanfaatan kawasan sebagai objek wisata alam