River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Senin, 25 November 2019

SBI dan BKSDA Kalsel Tanda Tangani Kerjasama Dibidang Konservasi dan Riset Bekantan

BANJARMASIN POST.CO.ID, BANJARBARU - Bertempat di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA) Kalimantan Selatan, digelar agenda Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Kemitraan Konservasi antara BKSDA Kalsel dengan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).
Sahabat Bekantan dan BKSDA
Dr Ir H Mahrus Aryadi, MSc dan Amalia Rezeki Saat Melakukan Penandatanganan Kerjasama

Acara penandatanganan dilakukan oleh Dr Ir H Mahrus Aryadi, MSc selaku Kepala BKSDA Kalsel dengan Amalia Rezeki, SPd, MPd sebagai ketua SBI, dengan dihadiri oleh unsur pimpinan kedua belah pihak berserta para undangan, kemarin.

Penandatanganan perjanjian kerjasama dengan SBI ini menurut Dr Ir H Mahrus Aryadi, MSc merupakan kelanjutan dari kemiteraan konservasi dengan SBI yang sudah terbangun sejak tahun 2015 lalu dan dilakukan peningkatan lagi dibidang penelitian dan pengembangan.

“Kami sangat mengapresiasi SBI yang selama ini membangun komitmen bersama dalam implementasi kemitraan konservasi melalui kegiatan pelestarian bekantan dan pemulihan ekosistem habitat bekantan di Kalsel ", jelas Mahrus.



Kerjasama yang akan berlangsung selama 5 tahun ini meliputi kawasan konservasi habitat bekantan di Kalsel. Teknis kegiatan disusun dalam Rencana Pelaksanaan Program (RPP) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).


"Semoga dalam ruang lingkup kerjasama yang disepakati memberikan dampak positif bagi bagi upaya pelestarian bekantan di Kalsel, dan menumbuhkan kepedulian serta partisipasi semua pemangku kepentingan untuk turut berkontribusi dalam pelestarian bekantan," katanya.


Sementara itu Amalia Rezeki ketua SBI menyampaikan bentuk kerjasama antara SBI dan BKSDA Kalsel merupakan sinergisitas positif yang terbangun antara masyarakat dan pemerintah.



"Kami berterimakasih selama ini selalu dibina dalam setiap kegiatan terkait konservasi baik satwa liar maupun pemulihan habitat", kata Amalia Rezeki peraih penghargaan dibidang lingkungan ASEAN Youth Eco Champion Award 2019 di Cambodia, Selasa (19/11/2019).


Saat ini SBI bangun kawasan Stasiun Riset Bekantan dan Ekosistem Lahan Basah di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala,_Kalsel. Untuk itu dalam klausal perjanjian kerjasama ini tidak hanya dibidang konservasi bekantan dan pemulihan habitat, tapi juga dibidang riset


Penulis: Syaiful Anwar

Primatolog Spanyol Terpukau dengan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak Barito Kuala

BANJARMASIN POST.CO.ID, BANJARMASIN - Stasiun Riset Bekantan atau yang juga dikenal sebagai stasiun riset ekosistem lahan basah yang dikelola bersama antara Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin memiliki peran penting sebagai tempat penelitian ilmiah ekosistem lahan basah.
stasiun riset bekantan
Amalia Rezeki bersama Elena dan Christ di Stasiun Riset Bekantan
Terutama dengan keberadaan monyet si hidung panjang Bekantan (Nasalis larvatus) dan primata lainnya seperti Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) serta monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Keberadaan primata endemik pulau Kalimantan seperti Bekantan ini, telah menarik dua pegiat konservasi primata dari Spanyol, Elena dan Chris adalah peneliti primata yang juga pegiat dalam konservasi primata di Spanyol dan Belanda.

Kedatangannya ke Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Barito Kuala ini atas rekomendasi teman- temannya yang sedang meneliti monyet Yaki di Sulawesi.

"Amazing.Stasiun Riset ini sederhana, tapi menyimpan keragaman hayati yang cukup banyak, baik Primata, Mamalia dan berbagai jenis burung air serta nektar. Tempat yang bagus untuk melakukan penelitian dan konservasi. Kami salut dengan SBI bersama Universitas Lambung Mangkurat membangun kawasan ini sebagai sarana riset dan konservasi," jelas Elena, Rabu (13/11/2019).

Menurut Amalia Rezeki, founder dari SBI foundation, sejak diresmikan sebagai Stasiun Riset oleh Prof Dr H Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc yang juga Rektor ULM bersama Prof.Tim Roberts dari University Of New Castle - Australia 2018 lalu, telah menghasilkan lebih dari 12 karya ilmiah yang dipublikasikan, baik secara Nasional maupun Internasional.



"Penelitian tersebut berkontribusi penting bagi ilmu pengetahuan tentang ekosistem lahan basah, yang menjadi visi-misi ULM. Sebagai perguruan tinggi terkemuka dan berdaya saing dibidang Lahan Basah," kata Amalia yang juga dosen Pendidikan Biologi ULM.


Lebih lanjut, perempuan peraih ASEAN Eco Champion Award 2019 ini, menerangkan kehadiran Elena dan Chris bagi SBI cukup penting, karena membangun kolaborasi dalam upaya pelestarian primata. Mengingat mereka memiliki pengalaman yang cukup dan bekerja disebuah lembaga konservasi Internasional yang berusia hampir 40 tahun.

" Kami sangat mengapresiasi kerja keras Amalia dan timnya yang berjuang tidak saja melestarikan Bekantan, akan tetapi membangun kawasan stasiun riset diluar kawasan konservasi dan merehabilitasi hutan mangrove sebagai habitat beragam satwa dan biota lahan basah. Ini kerja besar dari sebuah tim yang kecil. Kami ingin membantunya dengan ilmu yang kami miliki dan membuka jaringan Internasional," ujar Chris dengan penuh semangat bercampur haru.

Chris sangat terinspirasi karena banyak aspek yang ditangani dalam kegiatan konservasi ini.

"Ini benar-benar project yang menginspirasi dan kegiatan restorasi mangrove yang dilakukan sangat membantu baik untuk bekantan tetapi juga dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat lokal. Kami sangat mendukung Amalia Project," tambahnya.

Menurut Ambar Pertiwi, kepala Stasiun Riset Bekantan, bahwa stasiun riset ini sekarang lebih menjadi laboratorium alam. Serta memiliki daya tarik tersendiri bagi mahasiswa dan peneliti, untuk belajar tentang ekosistem lahan basah untuk kemajuan ilmu pengetahuan, kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya.


Penulis: Syaiful Anwar
Editor: Elpianur Achmad