Senin, 25 November 2019

Primatolog Spanyol Terpukau dengan Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak Barito Kuala

BANJARMASIN POST.CO.ID, BANJARMASIN - Stasiun Riset Bekantan atau yang juga dikenal sebagai stasiun riset ekosistem lahan basah yang dikelola bersama antara Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) dengan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin memiliki peran penting sebagai tempat penelitian ilmiah ekosistem lahan basah.
stasiun riset bekantan
Amalia Rezeki bersama Elena dan Christ di Stasiun Riset Bekantan
Terutama dengan keberadaan monyet si hidung panjang Bekantan (Nasalis larvatus) dan primata lainnya seperti Lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) serta monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Keberadaan primata endemik pulau Kalimantan seperti Bekantan ini, telah menarik dua pegiat konservasi primata dari Spanyol, Elena dan Chris adalah peneliti primata yang juga pegiat dalam konservasi primata di Spanyol dan Belanda.

Kedatangannya ke Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Barito Kuala ini atas rekomendasi teman- temannya yang sedang meneliti monyet Yaki di Sulawesi.

"Amazing.Stasiun Riset ini sederhana, tapi menyimpan keragaman hayati yang cukup banyak, baik Primata, Mamalia dan berbagai jenis burung air serta nektar. Tempat yang bagus untuk melakukan penelitian dan konservasi. Kami salut dengan SBI bersama Universitas Lambung Mangkurat membangun kawasan ini sebagai sarana riset dan konservasi," jelas Elena, Rabu (13/11/2019).

Menurut Amalia Rezeki, founder dari SBI foundation, sejak diresmikan sebagai Stasiun Riset oleh Prof Dr H Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc yang juga Rektor ULM bersama Prof.Tim Roberts dari University Of New Castle - Australia 2018 lalu, telah menghasilkan lebih dari 12 karya ilmiah yang dipublikasikan, baik secara Nasional maupun Internasional.



"Penelitian tersebut berkontribusi penting bagi ilmu pengetahuan tentang ekosistem lahan basah, yang menjadi visi-misi ULM. Sebagai perguruan tinggi terkemuka dan berdaya saing dibidang Lahan Basah," kata Amalia yang juga dosen Pendidikan Biologi ULM.


Lebih lanjut, perempuan peraih ASEAN Eco Champion Award 2019 ini, menerangkan kehadiran Elena dan Chris bagi SBI cukup penting, karena membangun kolaborasi dalam upaya pelestarian primata. Mengingat mereka memiliki pengalaman yang cukup dan bekerja disebuah lembaga konservasi Internasional yang berusia hampir 40 tahun.

" Kami sangat mengapresiasi kerja keras Amalia dan timnya yang berjuang tidak saja melestarikan Bekantan, akan tetapi membangun kawasan stasiun riset diluar kawasan konservasi dan merehabilitasi hutan mangrove sebagai habitat beragam satwa dan biota lahan basah. Ini kerja besar dari sebuah tim yang kecil. Kami ingin membantunya dengan ilmu yang kami miliki dan membuka jaringan Internasional," ujar Chris dengan penuh semangat bercampur haru.

Chris sangat terinspirasi karena banyak aspek yang ditangani dalam kegiatan konservasi ini.

"Ini benar-benar project yang menginspirasi dan kegiatan restorasi mangrove yang dilakukan sangat membantu baik untuk bekantan tetapi juga dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat lokal. Kami sangat mendukung Amalia Project," tambahnya.

Menurut Ambar Pertiwi, kepala Stasiun Riset Bekantan, bahwa stasiun riset ini sekarang lebih menjadi laboratorium alam. Serta memiliki daya tarik tersendiri bagi mahasiswa dan peneliti, untuk belajar tentang ekosistem lahan basah untuk kemajuan ilmu pengetahuan, kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya.


Penulis: Syaiful Anwar
Editor: Elpianur Achmad

0 komentar:

Posting Komentar