Maraknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan, membuat aktivis lingkungan berinisiatif membentuk sebuah satuan tugas (satgas) menyelamatkan Bekantan. Tugas satgas ini untuk menyelamatkan satwa dari karhutla.
Zainal Abidin koordinator satgas Bekantan dari yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) Banjarmasin mengatakan, satuan yang dipimpinnya untuk menyelamatkan Bekantan atau yang dikenal dalam bahasa ilmiahnya Nasalis larvatus dari ancaman kebakaran hutan dan kabut asap.
“Seperti diketahui, telah terjadi beberapa kali bekantan menjadi korban karhutla di Kalsel. Akibat kebakaran hutan dan kabut asap ditambah lagi musim kering yang cukup panjang, membuat kawanan bekantan stres dan bermigrasi ketempat yang lebih aman,” jelas Zainal Abidin disela kegiatan patroli kawasan disekitar Stasiun Riset Bekantan di Pulau Curiak, Barito Kuala. Belum lama tadi. Namun menurut Zainal, sebagian bekantan ada yang terjebak di kawasan perkebunan dan permukiman.
“Seperti yang terjadi di sungai Rutas di Kabupaten Tapin. Kejadian karhutla seperti tahun 2015 terulang kembali. Seekor bekantan jantan dewasa tertabrak kendaraan ketika menyebrang jalan. Begitu juga di Batulicin, Amuntai dan daerah terdampak lainnya di Kalsel,” ungkapnya.
Saat ini tim satgas bekantan fokus menjaga kawasan Pulau Curiak. Mengingat dikawasan tersebut, walau bukan merupakan kawasan lindung, tetapi dilokasi tersebut berdiri stasiun riset bekantan milik SBI foundation yang di dalamnya terdapat populasi bekantan yang dekat dengan persawahan warga dan sangat rentan kebakaran lahan serta konflik satwa dengan manusia.
“Untuk mengamankan kawasan stasiun riset yang dihuni oleh bekantan ini, kami hampir setiap hari melakukan patroli kawasan bersama tim satgas bekantan. Disamping itu kami juga melakukan sosialisasi serta edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dari ancaman kebakaran lahan,” tutur Zainal.
Dikatakan Zainal bahwa sekarang sedikitnya ada sekitar 21 ekor bekantan dan terbagi menjadi dua kelompok yang menghuni kawasan stasiun riset. Disamping itu juga terdapat primata eksotik lainnya yang dilindungi seperti Lutung kelabu ( Trachypithecus cristatus ) dengan populasi tidak kurang dari 15 ekor yang juga menghuni kawasan tersebut.
“Kegiatan ini bersifat internal dari SBI dalam rangka menjaga kawasan, khususnya di stasiun riset bekantan dan sekitarnya,” pungkasnya.
Sementara itu Abdan anggota satgas yang berada di pos stasiun riset menyebut, untuk menghindari upaya migrasi dari kawanan primata ikon kebanggaan provinsi Kalsel ini. Tim satgas menyediakan pakan tambahan difeeding area dan bak air tawar bersih untuk memenuhi asupan kawanan bekantan dan lutung kelabu.
“Ini terpaksa kami lakukan, karena luasan kawasan Pulau Curiak yang kecil dan daya dukung pakannya semakin berkurang akibat pohon rambai sebagai sumber pakan utamanya merangas. Namun kamu bersyukur sudah dua hari ini mulai turun hujan membasahi kawasan stasiun riset,” sebutnya. (apahabar.com, BANJARMASIN)
0 komentar:
Posting Komentar