River Safari Cruis

Bekantan are native to the wetland forest. They are living among trees. So while on river safari cruise.

Summer course Program

Proboscis monkey conservation in Bekantan Research Station Curiak Island South Kalimantan

Donation for Bekantan Conservation

WA 0812 5826 2218 (SBI Official) | Paypal ID Saveproboscismonkey| BNI ACC 0339933396

Observation

Observation Proboscis Monkey Habitat in Curiak Island South Kalimantan

Endangered Species

Support and Help Amalia Rezeki and Her SBI Foundation For Bekantan Conservation in South Kalimantan - Indonesia

Rabu, 03 September 2025

Selamatkan Spesies Langka, Indonesia–Kanada Tanam 100 Pohon Ulin di Kalimantan Selatan

Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bersama University of Montreal, Kanada, melaksanakan aksi nyata pelestarian lingkungan dengan menanam 100 bibit pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) di kawasan Taman Biodiversitas Hutan Hujan Tropis Lembah Bukit Manjai, Mandiangin Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Tanam Ulin


Penanaman berlangsung pada Minggu dan dilakukan secara simbolis oleh Valerie Preseault dari Universitas Montreal, disaksikan serta diikuti oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi ULM di bawah arahan Dr. Amalia Rezeki dan Luthfiana Nurtamara, M.Pd.

“Alhamdulillah, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi kami bahwa tim akademisi dari Kanada bisa turut serta dalam rangkaian peringatan Hari Bumi Sedunia di Kalimantan Selatan,” ujar Amalia di Banjarmasin.

Amalia, yang akrab disapa Amel, menekankan bahwa kegiatan ini tidak sekadar menanam pohon, tetapi juga mengajak masyarakat menumbuhkan kembali kesadaran akan pentingnya menjaga bumi. Ia mendorong mahasiswa untuk menyebarkan semangat pelestarian lingkungan melalui media sosial, agar semakin banyak pihak terinspirasi melakukan aksi serupa.

Pemilihan pohon ulin sendiri bukan tanpa alasan. Ulin merupakan spesies langka yang sudah masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Pohon ini memiliki fungsi ekologis penting, mulai dari penyedia habitat bagi satwa liar hingga berperan sebagai penyerap karbon dioksida yang signifikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Bibit pohon langka tersebut berasal dari Botanical Private Garden milik Chendrawan Sugianto, seorang pegiat konservasi pohon langka di Banjarmasin sekaligus pemilik PT Bandangan Tirta Agung, perusahaan pengolahan air murni.

Sementara itu, Valerie Preseault mengaku sangat senang dapat terlibat dalam aksi penanaman pohon ulin ini. Baginya, kesempatan tersebut menjadi pengalaman berharga sekaligus pertama kalinya ikut serta dalam kegiatan Hari Bumi di Indonesia. Sebelumnya, Valerie juga sempat berbagi pengetahuan dalam kuliah tamu hukum pidana di kampus ULM Banjarmasin.

Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April menjadi momen refleksi global akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan seluruh ekosistem yang ada di dalamnya.

SBI Tanam 4.000 Bibit Rambai untuk Pulihkan Mangrove Pulau Curiak

Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) kembali melakukan upaya pemulihan ekosistem mangrove dengan menanam sebanyak 4.000 bibit pohon rambai (Sonneratia caseolaris) di kawasan Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

Tanam Mangrove


Founder SBI Foundation, Dr. Amalia Rezeki, menyampaikan bahwa kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari PT Toyota Astra Motor (TAM) bersama mitra Benih Baik yang turut hadir dari Jakarta. Menurutnya, langkah ini menjadi kontribusi nyata dalam mengurangi dampak perubahan iklim sekaligus menjaga kelestarian lahan basah yang juga menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar sungai.

Selain itu, Pulau Curiak dikenal sebagai habitat bekantan, primata endemik Kalimantan yang statusnya dilindungi oleh Undang-Undang. “Kami sangat mengapresiasi komitmen TAM yang konsisten mendukung konservasi bekantan dan rehabilitasi mangrove riparian di Pulau Curiak,” ucap Amel, sapaan akrabnya.

Amel, yang juga dosen Pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), menjelaskan bahwa mangrove memiliki peran strategis dalam menyerap emisi karbon. Kapasitas penyimpanan karbon pohon mangrove bahkan tiga hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan hutan tropis pada umumnya.

Pada kesempatan yang sama, SBI juga melaksanakan kegiatan Sekolah Konservasi yang diikuti 25 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan Selatan. Para peserta belajar mengenai konservasi keanekaragaman hayati, melakukan pengamatan satwa langsung di alam, hingga ikut menanam pohon rambai.

Perwakilan TAM, Suranywaty Tjandrasa, mengaku terkesan dengan perkembangan program restorasi mangrove dan konservasi bekantan di Pulau Curiak. “Kami berharap inisiatif ini terus berlanjut, karena bekantan adalah ikon fauna Kalimantan Selatan dan hanya hidup di Kalimantan,” ungkapnya.

Sebelumnya, pada 2023 TAM bersama SBI dan Benih Baik juga telah menanam 11.000 bibit rambai yang kini tumbuh subur dan menjadi bagian penting dari ekosistem setempat, termasuk sebagai sumber pakan bekantan.

Sementara itu, Co-Founder Yayasan Benih Baik Indonesia, Khristiana Anggit Mustikaningrum, menilai pembangunan ekosistem di Pulau Curiak sangat menginspirasi. Ia juga menekankan pentingnya program sekolah konservasi sebagai sarana menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap pelestarian lingkungan.

Senin, 01 September 2025

25 Mahasiswa Ikuti Sekolah Konservasi Alam Sahabat Bekantan Indonesia


Barito Kuala, Kalsel
– Global Nature Conservation School Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) kembali menggelar Sekolah Konservasi Alam pada Jumat, 29 Agustus 2025 di Stasiun Riset Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Kegiatan ini diikuti sekitar 25 mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dan komunitas pecinta alam di Kalsel.

Sekolah Konsrvasi

Koordinator Sekolah Konservasi, Dewita, menjelaskan bahwa kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Dr. Amalia Rezeki, seorang biologist conservation dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sekaligus pendiri Sahabat Bekantan Indonesia, serta Ramadhan Jayusman, S.Si, perwakilan dari Badan Pengelola Meratus UNESCO Global Geopark.

Menurut Dewita, Sekolah Konservasi merupakan wahana edukasi yang memfasilitasi proses pembelajaran untuk membangun semangat kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Program ini diberi nama Global Nature Conservation School, yang digagas oleh Dr. Amalia Rezeki. Ia dikenal sebagai akademisi ULM dan praktisi konservasi yang telah lama mengabdikan diri pada pelestarian bekantan, primata endemik sekaligus maskot Kalimantan Selatan.

“Melalui sekolah konservasi ini, kami ingin menanamkan spirit peduli lingkungan kepada generasi muda, agar mereka bisa menjadi bagian dari gerakan pelestarian alam yang berkelanjutan,” tutur Dewita.

Terselenggaranya kegiatan ini tidak lepas dari dukungan PT Toyota Astra Motor (TAM) dan mitra Yayasan Benih Baik dari Jakarta. Kolaborasi ini memperkuat komitmen berbagai pihak dalam mendukung upaya konservasi alam di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan.

Dalam kesempatan tersebut, Khristiana Anggit Mustikaningrum, Co-Founder Yayasan Benih Baik Indonesia, menekankan pentingnya peran sekolah konservasi dalam mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.

“Anak-anak muda adalah kunci masa depan. Melalui sekolah konservasi, mereka bisa belajar langsung dari para pakar sekaligus terlibat dalam aksi nyata menjaga bumi,” ungkapnya.

Dengan semangat kolaborasi dan edukasi, Sekolah Konservasi Alam diharapkan mampu melahirkan agen-agen muda konservasi yang siap menjaga warisan alam Kalimantan Selatan untuk generasi mendatang.