Rabu, 07 Maret 2018

Amalia Rezeki dan Upaya Penyelamatan Bekantan

BANJARMASINPOST.CO.ID - Sosok Amalia Rezeki bukanlah sosok asing lagi di Kalimantan Selatan. Kiprahnya di dunia pelestarian khususnya satwa endemik Kalimantan, bekantan sudah tidak perlu ditanya. Amel, sapaan akrabnya mengaku sudah dikenalkan dengan binatang khas Kalimantan ini sejak dari kecil.

Berikut cuplikan wawancara Banjarmasin Post dengan Amalia Rezeki:

Anda sekarang lebih dikenal sebagai aktivis di bidang konservasi hewan khususnya Bekantan, apa yang melatarbelakangi Anda terjun di bidang ini?
Sebenarnya sudah dari kecil dikenalkan ayah sama bekantan. Dulu seringlah dibawa jalan ke taman maskot, depan kantor Banjarmasin Post. Setelah itu waktu kuliah, penelitian di akhir masa perkuliahan mendapati sebuah fakta, bahwa bekantan, satwa yang menjadi ikon Provinsi Kalimantan Selatan dan sedang berada diambang kepunahan, justru tidak mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah daerah. Lalu saya berinisiatif mendirikan Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).


Apa saja yang sudah dikerjakan terkait konservasi Bekantan?
Sebenarnya banyak. Sudah beberapa kali kegiatan kami lakukan dalam upaya pelestarian Bekantan. Tidak hanya kami sendiri tapi banyak menggandeng berbagai pihak, mulai dari kepolisian, pemerintah daerah dan lainnya. Saat ini kami juga dirikan basecamp sebagai tempat transit Bekantan sebelum dilepasliarkan.

Menyelamatkan bekantan bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu ia menjalin kemitraan dengan berbagai pihak khususnya dengan lembaga pemerintah, yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, melalui BKSDA Kalimantan Selatan untuk bersama-sama berkontribusi melestarikan bekantan yang juga merupakan satwa endemik Kalimantan yang saat ini masuk dalam daftar merah “endangered species” oleh lembaga konservasi internasional IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dan masuk dalam kategori appendix I oleh CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), sebagai satwa yang terancam punah.

Apa saja tantangannya?
Tidak mudah mengubah mindset seseorang untuk peduli terhadap lingkungan khususnya pelestarian bekantan itu sendiri, untuk itulah kami melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Betapa pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati, terlebih bekantan yang merupakan spesies kunci, punahnya spesies kunci akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang berdampak pada kehidupan manusia.

Project apa yang saat ini sedang dikerjakan?
Kami sedang membangun Pusat Penyelamatan Bekantan, yang mungkin merupakan satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia. Kemudian kita juga dirikan Sekolah Konservasi, pendidikan non formal yang fokus dalam pendidikan dan pelatihan di bidang konservasi.

Disamping itu, dalam rangka mengembangkan pariwisata daerah, kita juga menggagas berdirinya ekowisata konservasi bekantan di kawasan Pulau Bakut dan sekitarnya yang saat ini cukup mendunia dengan banyaknya kunjungan wisatawan asing untuk menyaksikan ekowisata konservasi bekantan tersebut.

Pengalaman menarik terkait kegiatan Anda sekarang?
Banyak pengalaman menarik baik suka maupun duka ketika melakukan kegiatan pengamanan kawasan konservasi dan melakukan rescue-evakuasi satwa yang dilindungi. Salah satunya, ketika kami menyelamatkan bekantan yang menjadi korban kebakaran hutan, dimana kami harus melakukan evakuasi beberapa ekor bekantan yang terluka akibat sekujur tubuhnya terbakar, dan ini memerlukan penanganan khusus baik secara medis maupun terapi psikologisnya untuk menghilangkan trauma bekantan yang cukup tinggi.

Kegembiraan yang luar biasa bagi kami ketika kami dapat menyelamatkan bekantan dan merawatnya dengan baik dan melepasliarkannya kembali ke alam. Sering, kami terduduk tak menyangka dan sujud syukur atas keberhasilan upaya penyelamatan bekantan tersebut, karena kami yakin tanpa sentuhan tangan Allah bukanlah hal yang mudah untuk menyembuhkan bekantan yang terluka dan mengalami trauma berat.

Apa yang masih jadi cita-cita, khususnya terkait bidang yang Anda geluti sekarang?
Cita-cita dan harapan kami ke depan di bidang konservasi bekantan ini, tentunya dengan berdirinya Sanctuary alami yang saat ini dalam proses pembangunan bisa segera terwujud, demi tercapainya upaya peningkatan populasi bekantan yang saat ini terancam punah. Dan ini membutuhkan semangat kebersamaan dari semua pemangku kepentingan.

Kemudian, ada satu cita-cita lain yakni berdirinya kawasan ekowisata konservasi bekantan yang dikelola secara profesional yang diharapkan kedepan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan pendapatan asli daerah maupun perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Kegiatan atau aktivitas apa saja yang digeluti lainnya saat ini?
Saat ini saya mengajar sebagai dosen muda di Pendidikan Biologi, FKIP. Ya ingin berbagi ilmu dan pengalaman dengan adik-adik di kampus, khususnya di bidang penyelamatan lingkungan satwa endemik Kalimantan, Bekantan. (rmd)


Biofile
Nama: Amalia Rezeki SPd MPd
Tanggal Lahir : Banjarmasin, 25 Februari 1988
Orangtua: H Ambran Asit-Hj Helyati
Pekerjaan: Dosen S-1 Pend. Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Pendidikan: 
- SD Negeri Karang Mekar2 Banjarmasin 1994 - 2000
- MTsN Mulawarman 364 Banjarmasin 2000 - 2003
- MA Negeri 1 Banjarmasin 2003 - 2006 
- S1 Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lambung Mangkurat 2006-2010
- S2-Pendidikan Biologi,Program Pascasarjana ULM 2012-2013

Motto Hidup :
- “KITA MELAKUKANNYA KETIKA ORANG LAIN SEDANG MEMIKIRKANNYA” .
- "DEDIKASI BUKAN UNTUK SEBUAH APRESIASI, TETAPI MEMAKNAI KEIMANAN SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI , TERUSLAH BERBUAT DAN BERBAGI UNTUK KEBAIKAN"



Judul asli : Amalia Rezeki Prihatin Nasib Bekantan 
sumber : Tribunnews

1 komentar:

  1. Salut dengan mbak rizky, totalitas dalam upaya konservasi bekantan. Pernah ketemu dengan mbak rizky ketika ada acara di DPRD I Kalimantan Selatan.

    BalasHapus