Minggu, 21 Desember 2014

CEGAH KEPUNAHAN BEKANTAN - PEMKAB TAPIN BANGUN KAWASAN KONSERVASI

Bekantan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Populasi bekantan atau monyet berhidung panjang yang hidup di wilayah hutan di Kalimantan menurun jauh selama 5 tahun terakhir.

Untuk mencegah punahnya binatang khas Kalimantan itu, Pemerintah Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatanberencana membangun konservasi dan ekowisata di atas lahan 90 hektar pada tahun 2015 mendatang.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin,  Zain Arifin, dalam siaran persnya, Selasa (30/9/2014).

"Ini wujud keseriusan Pemkab Tapin melindingu habitat bekantan," kata Zain.

Ia menuturkan bekantan adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna cokelat kemerahan.

Bekantas tersebar di seluruh wilayah Kalimantan terutama di hutan bakau, hutan rawa, dan hutan pantai. Bekantan juga bisa ditemui di Sabah, Serawak, dan Brunei.

"Berkurangnya habitat hutan dan maraknya penangkapan liar menyebabkan bekantan terancam punah sehingga dimasukkan ke dalam satwa yang dilindungi, bahkan oleh dunia," kata Zain.

Menurut Zain, Kalimantan Selatan dulunya memang dikenal memiliki populasi bekantan yang cukup banyak, khususnya di Kabupaten Tapin.

Namun kini jumlah atau populasi bekantan jauh berkurang dalam 5 tahun terakhir.

Dari yang jumlahnya yang mencapai dua puluh ribu 5 tahun lalu, kini diperkirakan hanya sekitar 500 ekor saja di Tapin atau hanya sekitar 4000 an saja di seluruh Kalimantan.

Bahkan dalam 14 tahun, sejumlah pakar memperkirakan bekantan diproyeksikan akan punah, jika tidak ada tindak lanjut semua pihak.

Karena itu, kata Zain, sebagai wujud keseriusan Pemkab Tapin melindungi habitat bekantan dan mencegahnya dari kepunahan, Bupati Tapin mengeluarkan Surat No 188.45/060/KUM/2014 tentang Penetapan Kawasan Bernilai Penting Bagi Konservasi Spesies Bekantan, yang luasnya mencapai 90 hektar.

Lahan tersebut, kata Zain, berada di kawasan kanal PT Antang Gunung Meratus (AGM) yang merupakan anak perusahaan PT Baramulti Suksesarana Tbk (BSSR).

"Kami akan menggandeng pakar satwa liar dari Institut Pertanian Bogor, yakni Profesor Hadi S Alikodra, dalam perancangan konservasi dan ekosistem bekantan ini," kata Zain.

Profesor Hadi juga diketahui sebagai penulis buku Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati di Indonesia, yang diterbitkan IPB Press.

Menurut Zain, dalam Laporan Penelitian Tahap 1 dan 2 oleh Profesor Hadi, berjudul Pola Adaptasi Bekantan (Nasalis Larvatus) di Habitat Rawa Gelam Kanal PT Antang Gunung Meratus, diketahui bahwa ada sekitar 350 ekor bekantan yang tersebar di kanal PT AGM, tepatnya di Desa Lawahan, Kecamatan Tapin Selatan.

"Kami berharap jumlah ini akan bertambah saat mereka tinggal di lahan konservasi yang kami bangun," katanya.

Zain mengatakan sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, telah dibentuk Tim Pengembangan Ekowisata Bekantan Rawa Gelam.

Tim ini terdiri dari Fakultas Kehutanan IPB, Pemkab Tapin, dan PT AGM yang akhirnya menghasilkan Rancangan Pembangunan Ekowisata Bekantan seluas 90 hektar di wilayah kanal PT AGM.(bum)




0 komentar:

Posting Komentar